Mohon tunggu...
Eka Purnamasari
Eka Purnamasari Mohon Tunggu... Administrasi - Life is never flat

Saya tertarik dengan tulis menulis tapi belum mendapatkan tempat untuk belajar dan menuangkan ide semoga disini saya bisa mulai menulis untuk memenuhi ketertarikan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa yang Salah?

13 Februari 2024   16:43 Diperbarui: 13 Februari 2024   16:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Santi melirik jam tangannya saat ia tiba di sebuah cafe yang menjadi tempat bertemu janji dengan Bram, waktu masih menunjukkan pukul 11.30 siang "masih setengah jam lagi" gumamnya dalam hati. Setelah memilih tempat duduk dia memesan segelas kopi dingin untuk menemaninya menunggu jam 12.00 sesuai jam yang sudah dijanjikan. 

Tangannya merogoh tas dan diambilnya telepon genggam. Santi tersenyum tipis saat matanya tertuju pada foto di galeri telepon genggamnya. Jarinya terus menggulir koleksi foto-foto kebersamaannya bersama sang kekasih Bram, satu persatu dia lihat dengan penuh suka. Karena setiap foto seperti memberikan energi kebahagiaan untuknya.

Bram laki-laki yang rupawan tubuhnya tinggi tegap, kulitnya yang sawo matang memberikannya kesan macho, pakaiannya parlente dengan wangi parfum yang khas. Sebenarnya dia bukan type laki-laki yang romantis malah terkesan cool dan sulit ditebak.  Tak setiap saat permintaan untuk bertemu bisa di-iya-kan sang kekasih tapi kadang juga tanpa kabar dulu dia tahu-tahu sudah muncul di depan pintu. Tapi entah kenapa justru itulah yang membuat Santi tergila-gila padanya. Tingkahnya itulah yang selalu membuat jantung santi berdebar-debar dan terpacu adrenalinnya.

"Kamu udah pacar San?" Tanya Bram di sela-sela makan makan siang di cafe yang saat ini menjadi tempatnya bertemu.

"Belum mas, belum ada yang mau"

"Mas Bram sudah punya pacar ya, mas kan ganteng, kerja juga mapan siapa sih yang ga mau sama mas?" Lanjutnya seperti memberi kode keras ("ayo dong mas tembak akuuu... tembak akuuuu.... hahaha"). Lalu gayung pun bersambut atau cinta dipucuk ulam pun tiba, Bram pun menangkap kesempatan di depan mata. "Jadi kamu mau nih jd pacar ku?" tanyanya sambil tersenyum penuh arti. Santi yang saat itu sedang minum pun tersedak mendengar pertanyaannya meski itu adalah hal yang ditunggu-tunggu sejak dia mengenal Bram. Hati nya bersorak riang dan hampir saja dia berteriak mau... mau... mau.... tapi untung lah dia dapat menahan diri dan kembali ke pertanyaan dia sebelumnya karena sebelum menjawab "ya" dia ingin memastikan bahwa Bram tidak memiliki pacar. 

"Jawab dulu, Mas sudah punya pacar belum? Aku ga mau loh nanti ada yang marah" 

"Aku tuh sibuk San, kamu juga tau sendiri kan? Kita aja susah mau ketemu, mana ada waktu aku buat pacaran" Jawabnya.

"Jadi gimana kamu mau ga jadi pacar ku?" Desaknya 

"Iya Mas, mau..." Jawab Santi dengan senang hati. Bram pun tersenyum senang, digenggamnya tangan Santi kemudian dia berkata "Tapi maaf ya kalau nanti kita ga bisa sering-sering ketemu karena kerjaanku sibuk banget"
"Iya Mas ga papa aku juga ngerti kok" 

Saat ia sedang mengenang saat-saat "jadian"nya lalu Bram yang ditunggu pun datang.
"Hey sayang, udah lama nunggu?" Sapa nya 

"Engga kok" 

Kemudian mereka pun memesan menu untuk makan siang. Saat makanan yang dipesan datang Santi masih asik dengan telepon genggamnya. "Udah dong sayang jangan main handphone terus kan kita udah sepakat kalau lagi ketemu hp nya disimpen dulu" Protes Bram lalu Santi pun meletakkan telepon genggamnya ke dalam tas. 

Mereka memang punya kesepakatan untuk tidak bermain telepon genggam saat sedang bersama, Santi tidak keberatan justru dia senang karena menganggap Bram sangat menghargai waktu bersamanya. Bahkan tak pernah sekalipun dia melihat Bram mengangkat telepon meski bunyi berkali-kali, membalas chat atau hanya sekedar melihat telepon nya pun tidak.

Setelah selesai makan dan ngobrol melepas rindu akhirnya tibalah waktunya mereka berpisah dan melanjutkan aktifitas masing. Namun saat Bram mengambil jaketnya dari kursi tiba-tiba telepon genggamn nya terjatuh dari saku jaket dengan posisi layar menghadap ke atas. 

Mata Santi yang refleks melihat ke arah telepon genggam sontak melotot nanar saat tak sengaja membaca notifikasi pesan dengan nama kontak my wife disertai emoticon love disampingnya yang berisi "sayang, pulang kerja tolong mampir ke swalayan ya beli susu dede udah mau abis aku lagi males keluar rumah".

Sepertinya Bram langsung menyadari kejadian tersebut dan tahu betul apa yang ada dalam pikiran Santi dan apa yang akan dikatakannya, namun diluar dugaan Bram tak tampak kaget dia hanya menggerakan bahunya yang seolah-oleh mengatakan ya sudah sekarang kamu sudah tau.

"Mas, apa ini? Katanya kamu ga punya pacar tapi ternyata kamu punya anak istri!" Teriak Santi marah.

"Ya kan kamu nanya nya aku punya pacar atau engga, ya aku jawab engga. Kan kamu ga nanya aku punya istri atau engga" Jawab Bram enteng.

Jadi yang salah siapa dong??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun