Potensi kelautan serta perikanan Indonesia begitu berpeluang besar, melihat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang mayoritas wilayahnya perairan.Â
Namun, untuk memaksimalkan adanya potensi tersebut diperlukan kebijakan terkait program dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan untuk mendorong perubahan agar dapat lebih maksimal dalam pengelolaan potensi kelautan tersebut guna memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.Â
Maka, hadirlah minapolitan yang merupakan manajemen ekonomi kawasan berbasis komoditas perikanan unggulan dengan fokus yang pelaksanaanya dilakukan di daerah.Â
Setiap kawasan terdiri atas sentra produksi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Persyaratan yang wajib dimiliki oleh daerah antara lain, rencana induk minapolitan, penetapan lokasi dan komoditas unggulan, kelompok kerja lintas dinas, infrastruktur dasar, unit pengolahan ikan, serta keamanan.Â
Minapolitan merupakan suatu konsep pengembangan kawasan perikanan yang sedang digalakkan oleh KKP "Kementrian Kelautan dan Perikanan" sejak tahun 2009.Â
Konsep minapolitan ini terdiri dari tiga sektor, yakni minapolitan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan garam. Minapolitan dinilai merupakan salah satu solusi dari beragam permasalahan pengembangan perikanan tangkap yang ada saat ini, yang dimana sektor perikanan tangkap merupakan salah satu sektor dari usaha padat karya yang banyak sekali menyerap tenaga kerja, serta pengoptimalisasian perekonomian pada daerah pesisir.Â
Salah satunya dampak positif minapolitan ialah adanya sub-minapolitan yang mendukung aspek perekonomian masyarakat dalam bidang perikanan, seperti adanya kegiatan pengelolaan hasil perikanan berupa produk baku atau siap konsumsi.Â
Diantara contohnya ialah petis yang terbuat dari ikan tongkol. Makanan petis sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam bahan makanan seperti untuk pembuatan rujak, tahu lontong dan berbagai macam jenis makanan lainya.Â
Sesuai dengan hukum ekonomi, dengan adanya minat atau permintaan pasar untuk petis yang tinggi maka juga hal tersebut menjadi peluang bagi masyarakat untuk melakukan produksi petis guna memenuhi kebutuhan pasar.Â
Dengan begitu, adanya sistem yang berkembang dalam minapolitan saling mempengaruhi dan berkaitan serta mendukung terkait perekonomian suatu daerah melalui perikanan. Seperti masyrakat pesisir daerah Kec. Puger yang kehidupan masyarakatnya erat dengan laut, maka dalam penelitian ini kami akan meneliti terkait bagaimana potret dari adanya home industri dalam pengolahan petis ikan tongkol sebagai salah satu bentuk dari aspek sub-minapolitan di Kec. Puger, Kab. Jember.Â