Sandaran
Oleh Eka Wiyati
Pernah aku bersandar pada pundak seorang hamba.
Tetapi faktanya disuatu masa, dia lebih memilih untuk pergi tidur daripada terjaga untukku.
Hingga tak mampu lagi menjadi sandaran.
Lalu aku beralih bersandar pada sebatang ranting.
Namun ternyata seiring berjalannya waktu,
ranting pun mengering dan patah.
Kemudian aku berpikir aman bersandar pada tembok yang kokoh.
Tetapi karena termakan usia, tembok itu pun runtuh.
Hingga akhirnya aku sadar,
bahwa tiada tempat bersandar yang abadi.
Kecuali hanya bersandar dan berserah diri,
kepada Yang Maha memiliki segala hal yang mampu untuk bersandar.
Sandaran kepada mahluk sudah dapat di pastikan pada suatu masa akan meninggalkan kita, tidak jarang menitipkan luka yang berakibat kecewa sepanjang masa.
Lampung, 28 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H