pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."
Pendidikan Nasional didasari oleh Pancasila dan Undang-undang 1945 yang berisi amanat mencerdaskan bangsa sehingga pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, berbunyi "Bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosesPendidikan sendiri merupakan suatu unsur terpenting dalam setiap kehidupan manusia. Pendidikan dapat diperoleh langsung dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan bertujuan agar setiap manusia mampu berkembang, mampu bersosialisasi dan menciptakan hal-hal sehingga mampu menunjang kehidupan hajat orang banyak. Dalam pendidikan terdapat komponen penunjang yakni pendidik dan peserta didik.
Dalam pendidikan, seorang pendidik merupakan seorang guru yang merupakan unsur penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. sehingga dalam proses pendidikan, seorang guru harus mampu merencanakan atau merancang materi yang mudah dipahami oleh peserta didik dengan baik. Tiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, seorang guru haru mampu mengembangkan strategi dalam pembelajaran agar mampu mendorong peserta didik agar aktif dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Â strategi merupakan (1) ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan perdamaian; (2) ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, untuk mendapatkan kondisi yang menguntungkan; (3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; (4) tempat yang baik menurut siasat perang.Â
Sedangkan pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu (Pribadi, 2009:10). Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru berupa susunan pembelajaran dalam kelas agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Â
Sedangkan pengertian strategei pembelajaran sejarah adalah sebuah cara atau proses yang digunakan dalam pembelajaran sejarah guna menciptakan pembelajaran yang mengandung nilai-nilai kearifan sehinngga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang baik, efektif serta efisien.
Salah satu strategi pembelajaran sejarah adalah Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah. Dalam penerapannya, strategi ini menekankan kepada peserta didik agar mampu menganalisis materi pembelajaran sejarah dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.Â
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) merupakan model pendekatan pembelajaran pada masalah sehingga peseta didik mampu merumuskan pengetahuannya sendiri, mampu berpikir kritis pada masalah dan mampu memecahkannya. Dalam pembelajaran ini, penggunaan masalah dalam kehidupan nyata dan guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri (Hardika, 2020:2).Â
Menurut Punaji (2006:1) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai dengan adanya masalah nyata sebagai konteks pembelajaran agar mampu berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Tujuan diterapkannya pembelajaran ini adalah membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual (Brillian, 2015:165). Model pembelajaran berbasis masalah mencakup pengajuan pertanyaan atau masalah yang dihadapi, identifikasi masalah, autentifikasi, dan menghasilkan pemecahan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk guru dalam memberikan informasi kepada peserta didik namun, membantu peserta didik untuk terampil dalam pemecahan masalah dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Oleh sebab itu, penilaian yang diberikan juga tidak hanya berupa tes. Penilaian atau evaluasi dapat berupa hasil karya atau hasil diskusi dalam kelompok secara bersama-sama.
Implemetasi strategi pembelajaran sejarah di kelas 11 IPS pada materi Dampak Pemerintah Kolonial di Indonesia. Pemilihan model pembelajaran yakni model pembelajaran berbasis masalah pada materi ini bertujuan untuk mengajak peserta didik untuk melihat bagaimana dampak pemerintah kolonial, pada bidang apa saja dampak tersebut, dan apakah dampak tersebut masih dapat dirasakan hingga saat ini.Â
Kegiatan pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan masalah nyata. Proses penyelesaian masalah tersebut bertujuan untuk membentuk keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis. Penerapan model berbasis masalah disajikan dengan berpedoman pada sintaks pembelajaran. Berikut sitaks pembelajaran yang diacu:
- Fase 1
Dalam fase ini guru memberikan orientasi kepada peserta didik. Langkah yang dilakukan guru yakni memberikan stimulus berupa motivasi agar peserta didik dapat terlihat aktif pada pemecahan masalah. Sebagai contoh, guru membimbing berdoa dan melakukan apersepsi terhadap pembelajaran.
- Fase 2
Fase ini merupakan fase mengorganisasikan peserta didik. Dalam fase ini, seorang guru diminta untuk membantu peserta didik mengidentifikasi masalah dan menguhungkan dengan kehidupan nyata. Peserta didik merumuskan masalah yang akan digunakan dalam topik diskusi kelompok.
- Fase 3
Fase tiga yakni memberikan bimbingan individu atau kelompok, yang mana seorang guru mampu mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi terkait untuk pemecahan masalah, memberikan kesempatan bertanya, dan membimbing peserta didik untuk mendapatkan penjelasan. Dalam fase ini, peserta didik diminta untuk mengumpulkan informasi yang didapat mengenai rumusan masalah.
- Fase 4
fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dalam fase ini, guru meminta peserta didik untuk menuliskan solusi atas permasalahan yang sudah didapat yang kemudian dipresentasikan di depan kelas. Penerapan fase ini dapat berupa guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang telah dilakukan.
- Fase 5
Fase terakhir merupakan fase menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Perilaku guru dapat berupa mengevaluasi hasil presentasi mengenai pemaparan yang telah didapat pada tiap kelompok. Selain itu, guru juga dapat melakukan penguatan materi yang dirasa kurang dipahami peserta didik.
Penilaian dalam strategi Problem Based Learning tidak hanya berupa penilaian tes, akan tetapi dapat berupa hasil karya peserta didik atau hasil diskusi dalam kelompok secara bersama-sama. Selain itu, dapat pula penilaian evaluasi saat diterapkannya strategi tersebut yakni ketika proses diskusi kelompok berlangsung. Penilaian proses ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan melihat sejauh mana peserta didik dapat memahami pembelajaran. Dalam penilaiannya terdapat beberapa aspek diantaranya penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
Dalam hasil pembelajaran ini dapat diketahui keseluruhan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat dikatakan lulus dengan hasil yang baik. Sehingga hasil dari penerapan strategi pembelajaran pada materi ini mampu mencapai tujuan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien.
sumber:
Asmara, Y. (2019). "Pembelajaran Sejarah Menjadi Bermakna dengan Pendekatan Kontektual.". Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial-Humaniora 2.2, 105-120.
Brillian Rosy, T. P. (2015). Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah. Prosiding Seminar Nasional, 160-175.
Fanani, A. (2014). Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8 Nomor 2, 171-192
Hartata, D. R. (2020). Meninngkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah dengan Problem Based Learning (PBL). Klaten: Penerbit Lakeisha.
Kasmadi, H. (1996). Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: Ikip.
Nasution, W. N. (2017). "Strategi pembelajaran."
Ofianto, T. Z. (2021). Pengaruh Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Historis. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 8 (1), 15-24.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H