Juan lega melihatnya.
"Nah gitu kek daritadi." ucap Juan sambil menepuk dadanya lega. Jujur ia masih belum terbiasa dengan wujud Lana yang satu ini.Â
"Aku butuh makan saat ini. Kamu tahu itu kan? Dan yang aku butuhkan bukan sate ayam atau soto daging." ujar Lana seolah ingin mencandai Juan.Â
"Aku bawain anak kambing buat kamu. Apa itu cukup untuk sekarang?"Â
Lana tertegun. Ia tidak tahu bahwa Juan bahkan sudah membawakan mangsa segar untuknya. Juan tanpa banyak bicara langsung ke luar rumah menuju mobilnya. Ia menarik seekor anak kambing ke dalam rumah. Lalu memberikannya kepada Lana.Â
"Sekarang. Ini milik kamu. Aku harap ini cukup untuk malam ini."
Lana memandang Juan dengan berkaca-kaca. Ia terharu. Dalam sekejap, ia melepaskan lagi kepalanya, yang membuat anak kambing lepas dari pegangan di tangan Lana dan berlari ketakutan. Menabrak beberapa perabotan di rumah itu dan menciptakan kegaduhan.Â
"Yah, dia nyopot kepalanya lagi. Ya ampun. Kuatkan hamba ya Tuhan." ucap Juan lirih. Setengah ngeri.Â
Beberapa barang sudah pecah, sebelum akhirnya Juan menangkap anak kambing itu dan memegang ikatan lehernya. Sehingga kini anak kambing itu tidak dapat melarikan diri.
Perlahan kepala Lana mendekat, menancapkan giginya ke leher anak kambing yang kini berteriak memilukan. Lana menghisap habis darah anak kambing, sementara Juan memalingkan kepalanya. Masih tak tega melihat kematian anak kambing itu tepat di depan matanya sendiri.Â
Juan mau muntah mencium bau anyir darah, terlebih oleh bau yang keluar dari usus dan jerohan Lana. Ia berusaha menguatkan diri, sebelum akhirnya berlari keluar rumah dan memuntahkan isi perutnya.Â