Berbeda dengan Juan yang ceria dan terkadang bersifat kekanakan, Candra adalah sosok yang tenang dengan pembawaan yang elegan. Meskipun terpaut umur dua tahun lebih muda dari Juan, sifatnya yang dewasa sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang bagai remaja belasan tahun. Dengan cepat, Juan dan Candra menjadi teman yang akrab.Â
Namun, beberapa hari ini, Juan menyadari sesuatu. Sebuah intensi yang ditunjukkan juniornya itu kepada Lana. Bagaimanapun Juan adalah lelaki yang jelas dapat membaca intensi lelaki lain yang sedang mengincar wanita kesukaannya.Â
Contohnya saja rapat hari ini. Candra yang berada tiga bangku di samping Lana, tak bisa melepaskan pandangannya kepada gadis itu.Â
"Bang Juan, kak Lana tuh cantik banget ya. Kira-kira udah punya pacar belum ya?" tanya Candra setengah berbisik kepada Juan.Â
Pertanyaan sederhana dari Candra yang mampu mengusik sudut hati Juan. Entah mengapa ia merasakan perasaan kesal. Tak hanya itu, ia merasa iba kepada Candra yang dianggapnya sudah salah memilih target. Rapat berlalu dengan cepat. Sementara fokus Juan, sudah pecah kemana-mana sejak tadi.Â
Karena masih ada yang harus dikerjakan di ruangan rapat. Juan, Candra dan beberapa staf lain pergi mendahului Lana dan para staf senior. Juan sempat melemparkan pandangan ke arah Lana yang tengah sibuk membaca beberapa berkas. Perasaan nostalgia itu kembali menyapanya.Â
Juan termangu. Tak juga beranjak dari tempatnya berdiri. Hingga, Lana menyadari pandangan Juan padanya. Kedua orang itu kini saling bertukar pandang. Lana tersenyum manis kepadanya. Membuat dinding imannya nyaris runtuh. Juan terpesona lagi.Â
Belum lama bernostalgia, logika kembali menghantamnya. Hey, ini Lana, nona kuyang cantik yang bisa saja melepas kepalanya sewaktu-waktu. Juan bergidik ngeri, ia memegang lehernya sendiri. Seraya meninggalkan ruangan rapat. Membuat Lana menatapnya penuh kesedihan.Â
Sepeninggal Juan dari ruangan rapat, Candra kembali mendekatinya. Meminta saran untuk mendapatkan hati Lana. Karena selama ini, Lana sangat dingin padanya. Mereka berdua hanya berbicara masalah pekerjaan, selebihnya nyaris tak ada obrolan. Candra mengatakan semuanya dengan sendu. Membuat perasaan iba itu kembali hadir.Â
"Jangan Lana lah Can, lainnya aja yang penting jangan Lana." ucap Juan singkat.Â
"Tapi gue sukanya sama dia, Kak. Bukan yang lain." jawab Candra tak kalah tegas. Bukan Candra namanya, jika tak bisa mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Dan pria ini sangat serius saat mengatakan menyukai gadis cantik itu.Â