Mohon tunggu...
Eka MP
Eka MP Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis - Blogger

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Koleksi Koin Warisan Saksi Bergulirnya Sang Waktu

5 Mei 2021   23:19 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:30 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koin-koin itu disimpan di laci lemari dalam bungkusan sapu tangan berenda. Saya memperhatikan dengan kagum. Menyentuh uang yang entah telah berpindah berapa tangan di masa lampau. 

Setiap keping koin pasti membawa ceritanya sendiri. Perjalanan sebuah koin menembus waktu bagai saksi sejarah peradaban manusia.

Di zaman dahulu apakah uang ini pernah dibawa-bawa dalam peperangan? Ataukah ada orang-orang yang memperebutkannya dengan sengit? Atau uang ini digunakan untuk mahar meminang seorang gadis pujaan hati?

Angan-angan saya melayang ke waktu yang entah. Yah, sejak dulu saya memang suka sekali berkhayal. Jadi meskipun sedang sendirian saya tak pernah merasa kesepian. Karena isi kepala saya sudah ramai dan sibuk. 

Akhirnya koin-koin itu berpindah tangan. Nenek memberikannya kepada saya dengan syarat harus dijaga sungguh-sungguh jangan sampai hilang. 

Saya menjaganya seperti membawa sebongkah berlian. Sampai sekarang uang itu masih tersimpan rapi. Sesekali saya keluarkan dan pandangi seraya berpikir tentang masa lalu. Apa rasanya hidup di zaman itu? 

Koin Mancanegara dan Kisah-kisah Perjalanan

Doc Pribadi
Doc Pribadi

Lain nenek lain pula ayah saya. Suatu hari beliau mengeluarkan uang koin yang dikumpulkannya dari perjalanan ke negara-negara tersebut. Koin-koin itu dibersihkan. Saya bahkan disuruh membantu membersihkan. 

Dengan tekun saya mencuci dan mengeringkan kemudian menyortir sesuai negara masing-masing.

Saat bekerja Ayah menunjukan beberapa koin dan menceritakan tentang tempat yang disinggahinya dalam perjalanan dinas. 

Meski ayah saya pendiam tapi sangat pintar bercerita. Bagaimana ketika di Prancis diajak makan di sebuah restoran dengan menu yang sangat sulit disebutkan. Kemudian ayah hanya menunjuk secara asal saja karena direkomendasikan sebagai makanan paling enak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun