Mohon tunggu...
Eka MP
Eka MP Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis - Blogger

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Koleksi Koin Warisan Saksi Bergulirnya Sang Waktu

5 Mei 2021   23:19 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:30 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang dikenal sebagai alat tukar yang memudahkan kita melakukan transaksi pembayaran ataupun jual beli. Bagi beberapa orang memiliki yang banyak adalah bukti kekayaan. 

Orang tua biasa mewariskan uang kepada anak keturunannya. Demikian juga Nenek dan Ayah saya. Tetapi uang yang diwariskan bukanlah untuk digunakan sebagai alat pembayaran namun berupa koleksi koin. 

Koin Benggol Warisan Nenek

Doc Pribadi
Doc Pribadi

Pada suatu hari saat sedang berlibur ke rumah nenek saya merasa tidak enak badan sampai muntah-muntah.  Nenek bilang karena masuk angin. Kemudian nenek "memaksa" saya untuk dikerok. Sebenarnya saya ingin melarikan diri saja supaya tak perlu dikerok. Tapi kondisi saat itu jangankan kabur untuk duduk saja sudah kepayahan. 

Disela-sela rasa sakit dan protes saya yang tak digubris oleh nenek, beliau justru bercerita tentang Benggol. Koin yang dipakai bertransaksi di zaman penjajahan Belanda. Koin yang kemudian dipakai untuk kerokan setelah tak lagi laku. 

Uang yang sulit didapat karena zaman perang. Harus pintar-pintar mempergunakan uang. Zaman susah. Nenek juga bercerita tentang kemeriahan ulang tahun ratu Belanda, Wilhelmina. 

Cerita bergulir dari soal koin Benggol ke kondisi masa lalu. Saat Kakek saya ikut berperan dalam perang kemerdekaan. Waktu kecil saya tak berpikir kakek yang sudah tua bisa ikut perang. Padahal waktu Kakek itu kan masih muda, masih gagah. Sampai-sampai nenek terpesona. 

Tetapi hal yang paling menarik bagi saya tetaplah si uang Benggol itu. Uang yang dikumpulkan dengan susah payah berakhir untuk kerokan. Sayang sekali. Tapi kata nenek uang itu berat dan dipegang pas sekali jadi enak untuk kerokan. 

Entah karena uang Benggol itu memang ajaib atau karena cerita yang dikisahkan nenek yang membuat episode kerokan terasa tak terlalu menyakitkan lagi. 

Saat saya ingin memintanya nenek bilang akan memberikan yang lain. Rupanya nenek masih menyimpan beberapa koin lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun