Di masa pandemi saat harus terpenjara di rumah saja buku tetap setia menemani. Semakin banyak buku terbitan Gramedia Pustaka Utama yang menemani hari-hari setahun belakangan.Â
Termasuk buku Gone With The Wind (2009). Buku tebal yang sepertinya tak akan pernah habis dibaca karena tak ada waktu. Justru menjadi buku yang menemani melewati hari demi hari. Melambungkan imajinasi.Â
Membaca kisah cinta Scarlett O`Hara dan Rhett Butler yang tak terlupakan sepanjang masa. Mengajak untuk melupakan realita sejenak dan menikmati liku-liku kisah keduanya.Â
Sering kali tanpa sadar terlempar ke dalam ruang dan waktu yang berbeda. Mengunjungi mimpi-mimpi rahasia para tokohnya.Â
Mungkin ini yang dimaksud oleh Bung Hatta bahwa buku membebaskan. Pembaca bebas berimajinasi, bebas menginterpretasikan maksud jalinan kata-kata dalam buku sesuka hatinya.Â
Kebahagiaan sederhana hadir dalam setiap lembar yang terbuka. Ada kepuasan tersendiri setelah membaca sebuah buku.Â
Pun buku menginspirasi untuk terus menulis. Menulis yang menyembuhkan. Healing therapy. Hingga seberat apapun Kondisi saat ini kesehatan mental masih terjaga.Â
Buku adalah teman terbaik dalam segala kondisi. Seperti kata guruku dulu "Buku adalah jendela dunia". Walaupun kau terpenjara, buku tetap bisa membawamu melanglang buana.
Seiring waktu buku memengaruhi caraku berpikir. Memberi warna dalam setiap keputusan yang diambil. Maka aku menjadi manusia utuh dengan segala keunikan rasa dan pikiran karena tumbuh bersama buku.
Cogitu Ergo Sum
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!