Dengan santai om sopir bilang, "Nggak usah takut kesasar. Kita ikutin saja garis pantainya nanti juga akan memutar lagi ke kota Ambon."Â
Perjalanan ke sana disuguhi pemandangan laut yang indah. Iyaa sih, akan balik ke Ambon  karena pulau ini dikelilingi pantai. Tapi kapan sampainya? Masa harus memutari pulau dulu kalau mau pulang? Hadeeuuh....
Akhirnya kami sampai juga di Kaitetu. Tapi lagi-lagi orang yang ditanya tak banyak yang paham dengan masjid Wapauwe. Justru kami di arahkan ke Benteng Amsterdam. Benteng yang dibangun oleh Belanda (lain kali akan saya ceritakan tentang benteng ini).Â
Ternyata masjidnya tak jauh dari situ. Â Jadi setelah melihat-lihat benteng kami menuju ke masjid Wapauwe.
Masjid Tua Wapauwe
Jika dibilang masjid tua memang benar. Dari penampakannya saja sudah terlihat. Bangunan beratap rumbia ini terkesan kuno.Â
Saat itu memang sudah masuk waktu ashar jadilah kami sekalian sholat di sana. Setelah sholat kami diajak ngobrol oleh bapak-bapak. Salah satunya marbot masjid. Beliau yang dengan bersemangat menceritakan sejarah masjid termasuk legenda yang mengikuti.Â
Konon awalnya masjid ini terletak di sebuah desa di gunung. Saat warganya memutuskan bedol desa pindah mendekati pantai masjid itu ditinggalkanÂ
Namun saat subuh tiba warga dikejutkan dengan munculnya Masjid Wapauwe di tengah desa. Sejak itu masjid diramaikan oleh umat untuk beribadah.Â
Masjid Tua yang Masih Terjaga
Meski udara di luar panas namun d dalam masjid tetap terasa adem. Semilir angin sepoi-sepoi menembus melalui jendela dan kisi-kisi.Â