Mohon tunggu...
Eka Verawati
Eka Verawati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

hai kamu, semangat yaa..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perawi, Syarat dan Proses Transformasinya

18 Mei 2022   22:47 Diperbarui: 18 Mei 2022   22:55 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita membahas hadist, pasti terlintas bagaimana hadits bisa sampai pada kita dengar saat ini, dan bahkan manfaatnya dapat kita rasakan, siapa yang menyambungkan hadist dari masa Rasulullah sampai pada telinga kita sekarang?  Jawabannya adalah kita perlu membaca artikel ini, perawi sayarat dan proses transformasinya...

Pengertian Perawi Hadits

Perawi hadits adalah orang yang meriwayatkan suatu hadits dengan telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Menjadi seorang perawi merupakan kedudukan yang sangat mulia karena suatu pekerjaan yang tidak sembarang orang bisa melakukannya. Peran seorang perawi hadits bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu dengan adanya hadits yang sampai pada telinga kita pada saat ini, mengingat hadits digunakan sebagai sumber hukum kedua setelah Al - Qur'an, sebagai penjelas hukum - hukum didalamnya. Coba kita bayangkan, apabila tidak ada perawi hadits maka hal - hal yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW dan yang sangat berguna dalam kehidupan dunia dan akhirat kita, kita tidak bisa mengetahuinya, karena tidak ada seorang perawi yang mampun menjaga hadits hingga sampai pada telinga kita saat ini, maka kita akan merasa merugi sekali, karena tidak mampu mengikuti sunnah Rasullullah SAW. Lalu apasih yang menjadikan seorang perawi merupakan profesi yang sangat mulia, dan bagaimana kualifikasinya, simak materi selanjutnya.

Syarat Menjadi Seorang Perawi Hadits

adapun syarat menjadi seorang perawi hadits yang telah disepakati oleh para muhaditsin adalah 

1. Beragama Islam yaitu perawi hadits harus beragama islam seperti apa yang telah disepakati oleh para ulama

2. Baligh yaitu seorang perawi hadits juga harus baligh atautelah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk

3. Memiliki ketahanan dalam ingatannya atau disebut sebagai dlabitul rawi yaitu seorang perawi hadits juga harus memiliki ingatan yang tajam hal ini karena jika seorang perawi hadist itu memiliki gangguan terhadap ingatannya maka ditakutkan dapat merancaukan isi dari hadits

4. Adil ('adalah), adil dimaksudkan disini adalah dapat menjaga dirinya dari segala perbuatan - perbuatan mungkar dan ingkar, karena seorang perawi hadist diharapkan dapat menuntuk umat ke jalan yang benar, oleh karena itu dimulai dari dirinya sendiri.

Nah, jika ada salah satu syarat diatas yang tidak terpenuhi dengan baik atau adanya kecacatan syarat oleh seorang perawi hadits maka dapat menghalangi hadits menjadi hadits yang shahih. Nah setelah kita mengetahui apa saja syarat menjadi seorang perawi hadits, maka kita juga harus mengetahui nih bagaimana seorang perawi hadits sampai bisa menerima suatu hadits atau juga bisa kita sebut sebagai trasformasi perawi hadits.

Transformasi Perawi Hadits

dalam transformasi perawi hadits kita juga akan mengenal istilah penerimaan hadits yaitu Tahammul dan ada' al hadits, dimana Tahammul hadits adalah seseorang yang hanya menerima hadits sedangkan ada' al hadits adalah seseorang yang menerima hadits dan mampu meriwayatkannya sebagaimana sesperti syarat ketentuan perawi hadits. oleh karena itu posisi ada' al hadits lebih tinggi dari Tahammul hadits. Dalam penerimaan hadist ada beberapa metode yang digunakan oleh seorang perawi hadits diantaranya :

A. Al - Sima' (mendengarkan) yaitu dengan mendengarkan hadits dari seorang guru, baik guru tersebut membaca dari kitab atau melalui hafalannya

B. Al Ard (membaca hadits dihadapan guru) yaitu metode penerimaan hadits dengan membaca hadits yang dibukukan dihadapan guru

C. Al ' ijazah metode penerimaan hadits dimana seorang guru mengizinkan muridnya untuk meriwayatkan suatu hadits

D. Al Munawalah yaitu metode penerimaan hadits dengan seorang guru memberikan catatan atau kitab haditsnya kepada muridnya

E. Al Mukatabah yaitu dimana seorang guru dengan sengaja menuliskan hadits untuk diberikan kepada muridnya dan diriwayatkannya

F. Al - i'lam Merupakan pemberitahuan seorang yang muhaddits pada seseorang pencari hadist bahwa kitab yang ditunjukkan adalah hadist yang pernah ia dengar tanpa adanya unsur permintaan dalam meriwayatkan hadits tersebut.

G. Al wasiyah yaitu metode penerimaan hadits dengan cara pencari hadits diberi wasiat untuk meriwayatkan hadits oleh seorang guru yang telah tiada.

E. Al Wijadah Merupakan metode periwayatan hadist yang dimana ada seseorang yang menemukan suatu kitab atau naskah hadist

Nah, dalam metode penerimaan hadits ini sangat berperan juga dalam menentukan keshahihan hadits karena ada beberapa metode diatas yang bersifat lemah seperti metode Al 'ilam dan al wasiyah. Dalam metode ini juga sangat bergantung pada kalimat pengungkapan hadits nantinya, seperti contoh ugkapan yang akan digunakan perawi dalam meriwayatkan haditsnya sesuai dengan metode penerimaan hadits berasal misalnya dari metode mendengar atau al sima' maka ungkapan yang digunakan adalah seperti : ﺤﺋ ﺸﻦﺎ, ﺍﺨﺑﺭﻦ, ﺍﻨﺑﺄﻨﺎ, ﻋﻦ, ﻘﻞ, ﺤﮑﯽ.

Terdapat hal - hal lainnya yang harus pula diperhatikan oleh seorang perawi hadits dalam transformasinya yaitu agar senantiasa belajar atas segala keilmuwan yang berhubungan dengan ilmu hadits, hal ini juga akan berpengaruh kepada kualitas periwayatan yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun