dalam transformasi perawi hadits kita juga akan mengenal istilah penerimaan hadits yaitu Tahammul dan ada' al hadits, dimana Tahammul hadits adalah seseorang yang hanya menerima hadits sedangkan ada' al hadits adalah seseorang yang menerima hadits dan mampu meriwayatkannya sebagaimana sesperti syarat ketentuan perawi hadits. oleh karena itu posisi ada' al hadits lebih tinggi dari Tahammul hadits. Dalam penerimaan hadist ada beberapa metode yang digunakan oleh seorang perawi hadits diantaranya :
A. Al - Sima' (mendengarkan) yaitu dengan mendengarkan hadits dari seorang guru, baik guru tersebut membaca dari kitab atau melalui hafalannya
B. Al Ard (membaca hadits dihadapan guru) yaitu metode penerimaan hadits dengan membaca hadits yang dibukukan dihadapan guru
C. Al ' ijazah metode penerimaan hadits dimana seorang guru mengizinkan muridnya untuk meriwayatkan suatu hadits
D. Al Munawalah yaitu metode penerimaan hadits dengan seorang guru memberikan catatan atau kitab haditsnya kepada muridnya
E. Al Mukatabah yaitu dimana seorang guru dengan sengaja menuliskan hadits untuk diberikan kepada muridnya dan diriwayatkannya
F. Al - i'lam Merupakan pemberitahuan seorang yang muhaddits pada seseorang pencari hadist bahwa kitab yang ditunjukkan adalah hadist yang pernah ia dengar tanpa adanya unsur permintaan dalam meriwayatkan hadits tersebut.
G. Al wasiyah yaitu metode penerimaan hadits dengan cara pencari hadits diberi wasiat untuk meriwayatkan hadits oleh seorang guru yang telah tiada.
E. Al Wijadah Merupakan metode periwayatan hadist yang dimana ada seseorang yang menemukan suatu kitab atau naskah hadist
Nah, dalam metode penerimaan hadits ini sangat berperan juga dalam menentukan keshahihan hadits karena ada beberapa metode diatas yang bersifat lemah seperti metode Al 'ilam dan al wasiyah. Dalam metode ini juga sangat bergantung pada kalimat pengungkapan hadits nantinya, seperti contoh ugkapan yang akan digunakan perawi dalam meriwayatkan haditsnya sesuai dengan metode penerimaan hadits berasal misalnya dari metode mendengar atau al sima' maka ungkapan yang digunakan adalah seperti : ﺤﺋ ﺸﻦﺎ, ﺍﺨﺑﺭﻦ, ﺍﻨﺑﺄﻨﺎ, ﻋﻦ, ﻘﻞ, ﺤﮑﯽ.
Terdapat hal - hal lainnya yang harus pula diperhatikan oleh seorang perawi hadits dalam transformasinya yaitu agar senantiasa belajar atas segala keilmuwan yang berhubungan dengan ilmu hadits, hal ini juga akan berpengaruh kepada kualitas periwayatan yang baik.