Mohon tunggu...
Eka Nurhayati
Eka Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 4 Seteluk

Hobi Menari dan Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

4 Desember 2022   22:44 Diperbarui: 4 Desember 2022   23:05 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didalam kamus bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata "mampu" yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Jadi kemampuan merupakan suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. sedangkan kerjasama (Kolaborasi) adalah interaksi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan kemampuan kerjasama siswa merupakan kemampuan yang dilakukan oleh beberapa siswa untuk saling membantu satu sama lain sehingga tampak kebersamaan dan kekompakan untuk mencapai tujuan bersama.

Gambar di atas menunjukkan Guru sedang mendemonstrasikan gerakan tari sambil memainkan alat musik Tradisional di SMPN 4 Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat - NTB. Pembelajaran Seni Tari merupakan pembelajaran yang tentunya sangat memerlukan kemampuan kerjasama siswa dalam mengerjakan berbagai tugas praktik yang diberikan oleh Gurunya, praktik peragaan tari dengan iringan musik tradisional misalnya. Menurut Pratiwi, dkk (2018) kemampuan kerjasama siswa dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya (:

1) kebersamaan siswa menyelesaikan tugas proyek,

2) mendiskusikan perencanaan proyek dengan tepat,

3) saling tukar pendapat, dan

4) kekompakan dalam menyelesaikan tugas proyek.

dokpri
dokpri

Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Guru mata pelajaran dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa adalah sebagai berikut:

1) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan anggota kelompoknya sendiri tentunya setelah Guru telah menentukan Ketua kelompok yang dianggap kemampuannya mempuni, sehingga siswa lebih efektif dalam mengerjakan tugas kelomponya

2) Guru harus mengambil peran untuk lebih memahami kamampuan siswa. Siswa yang dianggap lebih aktif dijadikan sebagai ketua kelompok

3) Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa untuk membagikan tugasnya sesuai dengan kemampuan anggota kelompok itu sendiri agar semua anggota kelompok lebih aktif dan tidak pasif.

4) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk saling menghargai pendapat teman, seperti saling bertukar pikiran dan selalu berdiskusi dalam menyelsaikan tugas kelompoknya.

Selain beberapa hal diatas, penerapan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kerjasamapun perlu diperhatikan. Model pembelajaran Collaborative Problem Solving merupakan model pembelajran yang memungkinkan siswa berpartisipasi dalam sebuah proyek pemecahan masalah yang diselesaikan secara bersama-sama dan mendengarkan salah seorang dari rekan kerjanya untuk menjelaskan hasil dari pekerjaannya tersebut. Dalam penelitian yang dialakukan oleh Oversarti (2021) dalam artikelnya menyebutkan model collaborative problem solving mampu meningkat prestasi kerjasama siswa, dari hasil angket tindakan II peroleh nilai rata-rata kemampuan kerjasama siswa sebesar 81,67% dengan kriteria sangat tinggi. Penerapan model pembelajaran ollaborative problem solving ini sangat cocok untuk diterapkan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran ollaborative problem solving diantaranya:

Kelebihan

  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  • Berpikir dan bertindak kreatif
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
  • Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kekurangan

  • Memerlukan cukup banyak waktu,
  • Melibatkan lebih banyak orang

Dalam menerapak model pembelajaran collaborative problem solving Guru hendaknya dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengikuti langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran tersebut, diantaranya:


1) Engagement (Pengelompokan)

Pada tahapan pertama, guru membagikan kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda

2) Exploration (Pemberian Masalah)

Pada tahapan kedua, guru memberikan masalah kontekstual kepada tiap kelompok. Semua anggota kelompok memahami permasalahan kontekstual tersebut untuk membedakan antara apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Setelah itu, peserta didik dalam tiap kelompok terdapat peran atau tugas masing-masing yang dikoordinasi oleh ketua kelompok untuk membuat rencana pemecahan masalah kontekstual yang diberikan Guru.

3) Transformation (Diskusi Kolaboratif)

Pada tahapan ketiga, peserta didik dalam tiap kelompok saling tukar pendapat/ide dalam diskusi untuk melaksanakan rencana pemecahan masalah kontekstual yang telah disusun.

4) Solution (Pengecekan Hasil Diskusi Kelompok)

Pada tahapan keempat, peserta didik dalam tiap kelompok yang memperoleh jawaban dari masalah kontekstual yang telah diberikan

5) Presentation (Presentasi Hasil Diskusi Kelompok)

Pada tahapan kelima, kelompok mempresentasikan hasil diskusi

6) Reflection (Umpan Balik dan Penilaian)

Pada tahapan keenam, guru membimbing peserta didik dalam menyimpulkan materi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun