3) Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa untuk membagikan tugasnya sesuai dengan kemampuan anggota kelompok itu sendiri agar semua anggota kelompok lebih aktif dan tidak pasif.
4) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk saling menghargai pendapat teman, seperti saling bertukar pikiran dan selalu berdiskusi dalam menyelsaikan tugas kelompoknya.
Selain beberapa hal diatas, penerapan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kerjasamapun perlu diperhatikan. Model pembelajaran Collaborative Problem Solving merupakan model pembelajran yang memungkinkan siswa berpartisipasi dalam sebuah proyek pemecahan masalah yang diselesaikan secara bersama-sama dan mendengarkan salah seorang dari rekan kerjanya untuk menjelaskan hasil dari pekerjaannya tersebut. Dalam penelitian yang dialakukan oleh Oversarti (2021) dalam artikelnya menyebutkan model collaborative problem solving mampu meningkat prestasi kerjasama siswa, dari hasil angket tindakan II peroleh nilai rata-rata kemampuan kerjasama siswa sebesar 81,67% dengan kriteria sangat tinggi. Penerapan model pembelajaran ollaborative problem solving ini sangat cocok untuk diterapkan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran ollaborative problem solving diantaranya:
Kelebihan
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kekurangan
- Memerlukan cukup banyak waktu,
- Melibatkan lebih banyak orang
Dalam menerapak model pembelajaran collaborative problem solving Guru hendaknya dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengikuti langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran tersebut, diantaranya:
1) Engagement (Pengelompokan)
Pada tahapan pertama, guru membagikan kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda
2) Exploration (Pemberian Masalah)
Pada tahapan kedua, guru memberikan masalah kontekstual kepada tiap kelompok. Semua anggota kelompok memahami permasalahan kontekstual tersebut untuk membedakan antara apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Setelah itu, peserta didik dalam tiap kelompok terdapat peran atau tugas masing-masing yang dikoordinasi oleh ketua kelompok untuk membuat rencana pemecahan masalah kontekstual yang diberikan Guru.
3) Transformation (Diskusi Kolaboratif)