Menikmati Hidup
Akan tetapi ‘siapa menjadi apa’ itu sudah ditentukan tidak hanya oleh takdir Allah, namun juga oleh tatanan sosial, oleh sistem dan struktur negara, oleh nepotisme, oleh posisi Anda dekat dengan yang punya wewenang atau tidak. Aku pribadi, karena sudah sejak lama tahu bahwa takdir Allah banyak “diganjal” oleh kerusakan moral dan kolusi manusia, maka daripada seperti serigala yang berulang kali gagal menggapai buah anggur dan pada klimaks kegagalan itu ia mengutuk: “puih, dasar anggur masam!”, aku lebih memilih untuk menikmati hidup ini dengan senikmat-nikmatnya.
Kalau makan dengan tempe, maka aku akan berusaha untuk menjadi pribadi dengan sifat, sikap dan perilaku yang membuatku dapat menghayati, menikmati dan mensyukuri setiap resapan rasa yang mengalir di lidahku sehingga bagiku makan yang paling lezat dan nikmat itu ya dengan tempe. Itulah yang kumaksud dengan menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Urusan besok atau lusa aku makan dengan sop buntut itu urusan lain. Yang gawat adalah kalau orang makan dengan tempe tapi dalam waktu yang bersamaan ia melamunkan dan mengekspektasikan sop buntut. Sudah mah tempe dirasanya gak enak, sop buntutnya pun tak ada. Apa bukan jahil murokkab itu namanya?
* * *
Tapi aku serius soal menjadi PNS di akhirat itu. Maksudku, PNS di dunia ini bisa tetap menjadi PNS di akhirat nanti. Ini serius, bukan main-main. Bahkan kabarnya formasi yang dibuka di sana jauh lebih banyak daripada yang dibuka di sini. Kuotanya juga lebih besar. Selain itu, syarat dan ketentuannya pun lebih mudah. Tak perlu ijazah dan gelar akademik apapun. Sehingga semua orang berpeluang besar jadi PNS tanpa harus menyogok, menjilat, main curang dan perilaku-perilaku menjijikkan lainnya. Sekedar informasi bagi Anda yang berminat, syarat untuk jadi PNS di akhirat hanya tiga: tak usah shalat, tak perlu memberi makan orang miskin, dan jangan coba-coba mempercayai adanya hari pembalasan. Cuma itu. Karena PNS di akhirat bukan “Pegawai Negeri Sipil” tetapi “Penghuni Neraka Saqor”.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H