Mohon tunggu...
Aleebreeze
Aleebreeze Mohon Tunggu... Petani - Sederhana

Meninggalkan Jejak - Jejak Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Pernah Berujung

19 September 2019   12:15 Diperbarui: 15 April 2021   22:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gabruk!!!

Terdengar suara pintu kebanting keras. Ita membanting pintu rumahnya. Dia begitu kesal melihat suaminya pagi itu sudah duduk di teras rumah dengan sebuah majalah bekas di tangannya yang entah sudah berapa kali dibacanya.

"Sialan!!" gumamnya dalam hati dengan emosi.

Belakangan dia merasakan suaminya tidak peduli lagi dengannya. Tidak lagi memperhatikannya. Dia merasa terabaikan.

Padahal dia hanya meminta suaminya sedikit memperhatikannya. Sedikit memanjakannya. Dia ingin suaminya sedikit peduli ketika dia mengeluh capek mengurus rumah. Dia ingin suaminya sedikit peduli ketika dia merasa iri dengan teman - temannya yang sesekali pergi liburan keluarga. Bahkan dengan tetangga dia sering merasa minder saat belanja ke tukang sayur, ada aja tetangganya yang pamer daster baru.

Tetapi suaminya sepertinya semakin tidak peduli, malah makin sering diam dan berlalu saat Ita mencoba berdebat dengannya.

"Aturlah uang yang ada. Klo masih cukup, ya beli. Klo ga cukup, apa boleh buat. Sabar!!! Ya segitulah penghasilanku" model jawaban ketus beginilah yang sering didapat Ita dari suaminya. Setiap kali berdebat, model jawabannya selalu sama. Tidak jauh beda. Dan kalau didebat lagi, alih - alih dapat jawaban, suaminya malah hanya akan diam.

"Ya beginilah adanya aku. Beginilah kemampuanku. Beginilah karakterku" semuanya hanya jawaban - jawaban pasrah bahkan ketika Ita bertanya kepada suaminya itu kenapa belakangan ini dia lebih sering diam, tidak pernah lagi bercanda menggodanya. Beda jauh ketika mereka masih pacaran dulu atau baru - baru berkeluarga.

Ita sangat berharap sesekali suaminya bertanya tentang hari - harinya. Hal - hal apa yang dilaluinya sepanjang hari. Atau sekedar diskusi tentang keperluan rumah. Atau keperluan anak. Atau masa depan yang dulu pernah mereka rencanakan. Tidak seperti sekarang ini, semua harus dipikirkannya sendiri. Apa kebutuhan rumah harus diputuskannya sendiri. Tidak lagi pernah suaminya bisa diajak berdiskusi.

Hari ke hari suaminya malah semakin terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Di rumah suaminya hanya meluangkan waktu bercanda dan bermain dengan anak - anak. Sementara dengan Ita hanya seperlunya saja. Urusan rumah seolah menjadi tanggung jawab Ita sendiri. Suaminya sama sekali tidak memberikan perhatiannya.

"Memangnya aku pembantu di rumah ini? Ga ada sedikitpun kau memperhatikanku!!" debat Ita pada suaminya tadi malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun