Mohon tunggu...
Melihatketimur
Melihatketimur Mohon Tunggu... Human Resources - Adalah pergerakan mencerdakan kehidupan bangsa

Sebagian Hidup Adalah pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tergerusnya Budidaya Rumput Laut Bali oleh Kuatnya Pariwisata

11 April 2017   15:57 Diperbarui: 12 April 2017   18:30 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gudang Penyimpanan Rumput Laut, 2016, 

Nusa Lembongan (foto :Ami Ratih)

Berkah alam lainlah yang membantu masyarakat Pulau Lembongan, menemukan jati diri mereka kembali yaitu coastal of ecotourism. Peningkatan wisata ke Indonesia destinasi ke Bali menjadi tujuan utama. Selama 2015, Bandara Ngurah Rai melayani 8,6 juta penumpang domestik dan 8,5 juta penumpang internasional, total mencapai 17,1 juta pengunjung dengan rata-rata per hari sebanyak 46.883 orang. Destinasi wisata laut menjadi daya tarik utama beberapa dekade terakhir. Pulau kecil Bali menjadi tujuan utama para wisatawan, salah satunya Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung yang terdiri dari Nusa Penida itu sendiri, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan (Data Pemerintahan, 2016).

Keindahan Alam Desa Lembongan, 2016, Nusa Lembongan (Foto : Beta Masran)

Khusus Nusa Lembongan, berdasarkan kurva wisata telah menjadi destinasi terbaik dalam 10 (sepuluh) Tahun terakhir, beberapa aspek alam seperti wisata alam laut keindahan alam, terumbu karang, mangrove, lamun dan rumput laut memenuhi kebutuhan wisatawan lokal maupun mancanegara. Serta, keidahan culture tentunya. Kawasan Nusa Lembongan terdapat 151 properti, 22 cruise boat dengan kapasitas 100-200 orang yang terdaftar di nusa lembongan (SPN, 2016). Rata rata wisatawan local maupun internasional berkisar 2500/hari stay di Nusa Lembongan, dibedakan antara wisatawan non cruise stay dan wisatawan cruise (pelancong).

Perubahan tentu terjadi, kearifan local yang selalu menjadi primadona, beralih ke suatu konsep baru berbasis “menjual indahnya alam’. Dalam kurun waktu yang singkat kegiatan pembudidaya rumput laut yang dahulunya berskala besar, menjadi butiran kecil yang menghiasi sebuah kemolekan alam, dan menjadi daya Tarik utama ribuan manusia berkunjung, melihat, serta merasakan surga alam tuhan yang ada dimuka bumi ini. Tidak ada lagi gadis gadis hitam, berpakaian sederhana membawa keranjang besar. Untuk menampung rumput dari pantai, Hanya tinggal pesona para turis. Hal yang menjadi berkah tersendiri yang harus dijaga oleh Masyarakat Lembongan. Konsep telah berubah, pola pikir kita telah berubah, cara kita telah berubah. Tapi, apakah perlu kita meninggalkan, hingga sesuatu tersebut akan kita lupakan. Perlukah kita meninggalkan sesuatu yang telah membesarkan jati diri kita seperti sekarang ini, sudahkan kita selalu mendampingi hal yang baru dengan tetap menampung sejarah ini. Sejarah dimana “lembongan sebagai pulau penghasil rumput laut di Bali”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun