Mohon tunggu...
Egia Azhari Sitepu
Egia Azhari Sitepu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Tarawangsa, Seni Tradisional Khas Rancakalong yang Sering Disalahpahami

15 Juli 2024   22:04 Diperbarui: 15 Juli 2024   22:28 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Abah Pupung (kiri) tengah memainkan Tarawangsa /dokpri

Dibawah sunyi rembulan, disaat masyarakat pada umumnya telah mengistirahatkan diri, lantunan dari petikan dan gesekan alat musik Tarawangsa serta Jentreng mengisi seluruh ruangan di rumah itu.

Dengan gemulai, baik pria maupun wanita berdansa dengan bebas mengikuti lantunan musik. Sebuah pemandangan yang unik, memang. Namun tidak untuk masyarakat Rancakalong, Sumedang. 

Di sana, kegiatan tersebut telah menjadi budaya yang biasa dilakukan masyarakat setempat dalam merayakan beragam acara. Mulai dari perkawinan, hingga penyambutan hasil panen yang melimpah dari para petani. Masyarakat berbondong bondong ikut dalam merayakan hal tersebut melalui kesenian ini. Bukan hanya demi merayakan, namun juga untuk memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa. 

Tarawangsa, alat musik tradisional khas Sumedang

Rancakalong merupakan sebuah daerah di Sumedang, Jawa Barat, yang dikenal dengan kekhasan budaya dan keindahan alamnya. Terletak di dataran tinggi, udara segar dan suasana pedesaan yang tenang menambah daya tarik daerah ini bagi para wisatawan. Dengan hamparan sawah serta bukit dan pepohonan, ditambah dengan kekayaan budayanya, tak pelak desa ini didapuk sebagai sebuah desa wisata.

Sebagai salah satu kesenian di Rancakalong, keberadaan Tarawangsa telah tercatat dalam kitab-kitab kuno di Bali sejak abad ke-10 dengan kata trewasa atau trewangsah. Selain itu, keberadaan Tarawangsa juga tercatat dalam naskah kuno sewaka darma yang telah menyebut kesenian ini sebagai sebuah alat musik.

Biasanya, Tarawangsa dimainkan dengan diiringi dengan Jentreng, alat musik tradisional khas sunda. terdapat dua dawai dalam alat musik Tarawangsa. Meskipun demikian, hanya satu dawai saja yang digunakan dalam memainkan alat musik ini. Dengan leher yang panjang dan ukiran yang khas, Tarawangsa menjadi salah satu alat musik yang sangat unik dibandingkan alat musik serupa. 

Sebagai alat musik religius, hampir setiap benda maupun persiapan yang dilakukan dalam kesenian ini memiliki makna tersendiri. Sebagai contoh, dua buah dawai dalam Tarawangsa melambangkan dua kalimat syahadat. Sementara itu, tujuh senar jentreng dimaknai melambangkan 7 lapis bumi dan 7 lapis langit.

Prosesi Tarawangsa

Sebelum memulai prosesi Tarawangsa, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Mulai dari sesajen, dekorasi ruangan, dan beragam hal lainnya sebagai syarat pelaksanaan prosesi Tarawangsa. Sesajen tersebut ada bukan tanpa tujuan. Setiap elemen yang disajikan dalam sesajen memiliki makna tersendiri. Sebagai contoh, buah-buahan memiliki makna bahwa hidup kita di dunia harus berbuah sesuatu. Bukan untuk menjadi buah yang busuk, melainkan untuk menjadi satu buah yang baik.

Prosesi Tarawangsa dilaksanakan selama kurang lebih 9 jam, mulai dari waktu isya, hingga waktu subuh. Selama itu, baik pria maupun wanita bergantian satu sama lain untuk menari. Selama itu pula, musik Tarawangsa terus menerus dimulai hingga waktu menyentuh pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun