Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Menanti Transportasi Publik Berkualitas dan Nyaman

16 Mei 2018   11:29 Diperbarui: 16 Mei 2018   16:03 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Kepadatan Jalan Gatot Subroto Arah Semanggi Saat Jam Makan Siang. Dok. Pribadi

Hilir mudik dari satu tempat ke tempat lainnya menjadi sesuatu yang lumrah bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Tumbuhnya iklim ekonomi, membuat banyak perkantoran dan unit usaha yang dibangun. Di tengah kepadatan penduduk, saat yang sama perkotaan dibanjiri oleh kendaraan pribadi yang luar biasa. 

Kehadiran berbagai moda transportasi publik, menjadi alternatif yang dianggap dapat mengatasi kemacetan, dan banjirnya kendaraan pribadi. Harga yang dipatok pun tidak terlalu mahal dan dapat menjangkau berbagai titik di Jakarta dan Jabodetabek. Para pemilik kendaraan pribadi terus diupayakan oleh pemerintah untuk beralih menggunakan moda transportasi publik. 

Masyarakat perkotaan sebetulnya sangat mudah untuk berubah dalam menggunakan transportasi publik. Misalnya saja, jika dahulu masyarakat lebih banyak menggunakan bus atau angkutan umum sebagai moda transportasi sehari-hari atau kendaraan pribadi, saat ada KRL dan TJ masyarakat berbondong-bondong beralih khususnya bagi para pekerja di Jakarta. 

Akan tetapi, antusiasme itu pada saat yang bersamaan membuat beberapa moda transportasi publik itu menjadi tidak terkontrol. Pada waktu jam berangkat kerja dan pulang kerja, sudah dapat dipastikan KRL dan TJ akan penuh sesak. 

Kesulitan bergerak, bernapas, bahkan kejahatan seperti pelecehan seksual dan pencopetan tidak bisa terhindarkan di saat kondisi keramaian seperti itu.

Semua saling egois dengan dirinya masing-masing. Berebut masuk paling dulu, berebut mendapatkan tempat duduk. Saat kondisi itu sudah tidak ada lagi istilah muda dan tua apalagi mempersilahkan duduk bagi orang-orang yang layak untuk diberikan tempat duduk prioritas. 

Para Calon Penumpang Menunggu Antrian Bus TJ di Blok M| Dokumentasi Pribadi
Para Calon Penumpang Menunggu Antrian Bus TJ di Blok M| Dokumentasi Pribadi
Ketersediaan Armada dan Efesiensi Waktu

Dengan antusiasme warga yang sangat baik, pihak pengelola moda transportasi tentu diharapkan untuk menyediakan armada yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketersediaan armada yang cukup akan berdampak baik terhadap kenyamanan bagi para penumpang. 

Dengan ketersediaan armada yang cukup, maka antrean panjang para calon penumpang di halte akan terurai. Waktu tunggu mereka pun setidaknya akan dapat berkurang. Selain itu, efisiensi waktu dalam proses antar jemput atau pelaporan di halte perlu dipersingkat. 

Para supir mungkin lelah, dan membutuhkan waktu untuk beristirahat, akan tetapi di halte penumpang telah menumpuk. Maka, para supir sudah seharusnya mempersingkat waktu ngetem atau bila perlu jika mereka butuh istirahat langsung dapat digantikan dengan supir lain. Melalui cara itu, bus yang telah menurunkan penumpang akan dapat langsung mengangkut penumpang baru. 

Di Blok M misalnya, antrean yang paling banyak calon penumpangnya adalah yang ke arah Ciledug dan Pondok Labu. Keduanya hampir mendominasi selain antrean menuju Kota, bahkan antrean penumpang menuju Ciledug kadang menjadi antrean terpanjang hingga ke bagian lorong. Sedangkan beberapa tujuan lainnya relatif ramai saat jam sibuk, tetapi terkadang sepi penumpang di jam biasa misalnya yang menuju Kampung Rambutan. 

Antrean memanjang selain dikarenakan bus yang telat datang, juga terjadinya antrean bus yang terlalu lama, laporan petugas dan istirahat supir juga lama. Lebih enak memang jika bus setelah menurunkan penumpang langsung menyampaikan laporan sebentar dan langsung mengambil penumpang. Atau jika tidak, para supir tidak perlu dipaksa memenuhi rit tertentu sehingga saat ia sampai dan merasa lelah bisa digantikan dengan supir yang lain dengan cepat.

Batasi Maksimal Penumpang

Untuk standar keselamatan, meski tujuan baik dari moda transportasi publik untuk menghantarkan para penumpang ke tujuannya dan mustahil menolak mereka meski kondisi sudah penuh sesak, tetapi tetap saja penumpang yang diperbolehkan masuk pada setiap gerbong atau bus harus dibatasi. 

Jangan sampai karena kelebihan muatan membuat kecelakaan, atau terjadi tindakan kriminal di dalamnya. Jumlah penumpang harus disesuaikan dengan jumlah kursi penumpang dan pegangan yang tersedia, sehingga ada ruang untuk para penumpang hilir mudik baik untuk masuk maupun keluar. 

Peningkatan Fasilitas Penunjang

Jika semua stasiun kereta telah memiliki fasilitas yang lengkap, diharapkan di masa yang akan datang di halte TJ paling mininal juga ada kamar mandi yang dapat digunakan baik oleh petugas maupun para penumpang. 

Di Blok M sendiri meski jalur TJ dan penumpang dibatasi dengan pagar besi, tapi tidak ada pembatas antara penumpang yang mengantre sehingga terjadi tabrakan dua arus antara yang baru turun dengan yang akan naik.

Jalur khusus untuk antrean perlu ada, sehingga para penumpang dapat dengan tertib mengantre. Selama ini yang terjadi justru saling berebut dan tidak tertibnya antrean karena jarang ada petugas yang mengatur antrian tersebut. 

Kursi tunggu di beberapa stasiun kereta juga perlu ditambah, minimal ada dua baris jika selama ini baru terdapat satu baris di setiap lajur. Sehingga saat terjadi penumpukan penumpang yang menunggu kereta, mereka dapat duduk dan tidak berdiri lama lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun