Di beberapa Perguruan Tinggi meski belum terlalu banyak, riset dan publikasi ilmiah yang dilakukan oleh para mahasiswa sarjana menjadi bagian dari poin yang harus mereka kumpulkan agar bisa melakukan sidang skripsi,terlepas dari kegiatan lainnya yang juga memiliki poin yang sama.Â
Pihak Perguruan Tinggi dan Kementerian terkait juga dituntut untuk menyediakan bantuan biaya riset yang selama ini lebih banyak diperuntukkan bagi para dosen, sudah seharusnya juga mulai diberikan bagi para mahasiswa baik bersifat individu maupun kelompok yang sedang melakukan atau tertarik untuk melakukan riset ilmiah.Â
Pihak Perguruan Tinggi juga harus mendukung para mahasiswanya karena karya-karya mahasiswa dan dosen ikut andil menambah nilai dalam akreditasi kampus.
Karena itu, saat para mahasiswa yang telah melakukan riset yang akan mempresentasikan karya mereka di luar kampus, pihak kampus juga selayaknya memberikan sokongan dana untuk kelancaran perjalanan mereka. Jangan berikan yang biasa dan murah tapi setidaknya berikan yang luar biasa karena mereka adalah bagian dari Anda dan membawa nama baik almamater.Â
Mungkin banyak mahasiswa yang sebetulnya telah menulis buku, menulis jurnal, melakukan riset dan mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, akan tetapi tidak mereka publikasikan ke pihak kampus, karena bagi mereka kampus tahu atau tidak tidak ada untung yang didapatkan oleh para mahasiswa.
Para mahasiswa hanya dituntut untuk menyerahkan karya atau sertifikat, sedangkan pihak kampus tidak pernah memberikan intensif atau apresiasi kepada mereka. Kondisi ini perlu dipelajari dan direnungi bersama.Â
Riset dan publikasi ilmiah sesungguhnya adalah bagian dari media dan wadah bagi para akademisi untuk berekspresi dan menunjukan diri mereka. Â Jika dahulu mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu mengikuti seminar, simposium, perlombaan dan lain sebagainya, kini mahasiswa sarjana sudah mulai masuk ke ranah lomba artikel ilmiah, melakukan riset dan penemuan, serta menulis di berbagai jurnal ilmiah.Â
Jurmal Ilmiah sendiri ada yang terdaftar di LIPI tapi belum terakreditasi oleh Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi, ada juga yang terdaftar dan sudah terakreditasi oleh Kemenristekdikti.Â
Para calon kontributor harus memahami bahwa pada jurnal terakreditasi ada kondisi seolah kita yang membutuhkan jurnal teesebut. Â Karena alesan itu, para kontributor biasanya tidak akan diberikan honorarium. Mengapa saya mengatakan bahwa ada kondisi seolah kita yang membutuhkan jurnal terakreditasi, karena dengan menulis jurnal ilmiah dapat meningkatkan kredit atau poin bagi dosen atau tenaga pengajar negeri. Lantas bagaimana dengan nasib mahasiswa yang mengirimkan artikelnya di jurnal akreditasi?Â
Jika kita hanya berpikir nilai atau materi pasti akan kecewa. Tapi bagi saya menulis di jurnal terakreditasi memberikan kepuasan batin tersendiri.  Karena telah berhasil masuk  ke sebuah lingkungan yang memiliki level tinggi yang tentu sebetulnya banyak orang yang ingin tulisannya tembus di jurnal akreditasi. Â
Terkadang juga ada celetukan yang mempertanyakan mengapa saya menulis jurnal ilmiah khususnya di jurnal terakreditasi padahal bagi mereka itu tidak berdampak penting bagi saya karena saya bukan seorang dosen, tapi jawaban saya adalah seperti yang sebelumnya menulis adalah penting bagi saya terlepas dari itu menghasilkan atau tidak.Â