Di sisi lain, kita “hanya” memiliki 29.796 dokter spesialis. Bisa disimpulkan bahwa saat ini 1 dokter umum bertanggung jawab atas sekitar 2.320 orang di luar sana.
Sedangkan dokter spesialis bertanggung jawab atas 8.540 populasi masyarakat Indonesia.
Tak hanya sampai di angka fantastis tersebut, defisit dokter ini diperburuk dengan tidak meratanya persebaran dokter di Indonesia (selengkapnya lihat infografis 2).
Bukankah solusi paling tepat saat ini adalah dengan menambah lulusan dokter sehingga kebutuhan dokter Indonesia dapat tercukupi dan dapat meningkatkan taraf kesehatan Indonesia?
Tidak saat ini
Implementasi pendidikan kedokteran saat ini yang masih memiliki banyak kekurangan menutup kesempatan kita untuk menambah jumlah lulusan dokter. Output dokter sekarang memang masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan dokter kita.
Namun, mengingat banyaknya kontroversi yang menyelimuti pendidikan kedokteran saat ini, tak pantas rasanya kita menambah lulusan dokter.
Akankah kita tunggu korban-korban internship, dokter-dokter malpraktik, atau bahkan dokter-dokter yang terkonsentrasi di pulau Jawa?
Kuantitas bukanlah masalah, namun kualitas yang harus kita benahi. Sistem yang saat ini ada bukanlah sistem terbaik yang kita miliki.
Pun, sibuk menambah jumlah lulusan namun melupakan sistem yang tak sempurna ini bukanlah keputusan yang bijak dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan Indonesia.
Maka dari itu, pembenahan sistem yang sudah ada harus segera dilakukan.
Apa yang harus kita lakukan?
Ada 4 hal yang harus benar-benar kita lakukan demi mewujudkan pendidikan kedokteran dan kesehatan Indonesia yang lebih baik.