Hermeneutika Sebagai Alat untuk Memahami Pemeriksaan
Pemeriksaan perpajakan bukanlah sekadar proses teknis atau prosedural, melainkan juga proses hermeneutis yang melibatkan interpretasi peraturan dan data keuangan. Di sini, relevansi pemikiran Gadamer menjadi jelas. Setiap pihak yang terlibat dalam pemeriksaan, baik itu pemeriksa pajak maupun wajib pajak, membawa praanggapan dan perspektif masing-masing ke dalam proses. Hal ini memengaruhi cara mereka menafsirkan fakta dan aturan.
Misalnya, pemeriksa pajak mungkin memiliki praanggapan bahwa wajib pajak di industri tertentu sering kali mencoba menghindari pajak melalui pengaturan tertentu. Di sisi lain, wajib pajak juga mungkin memiliki praanggapan tentang bagaimana otoritas pajak menafsirkan laporan mereka. Praanggapan ini membentuk cara kedua belah pihak berinteraksi dan memahami proses pemeriksaan.
Gadamer tidak memandang praanggapan sebagai hal yang negatif; justru, ia berpendapat bahwa pemahaman kita selalu dibentuk oleh sejarah dan konteks. Namun, yang penting adalah bagaimana kita terbuka terhadap kemungkinan revisi praanggapan tersebut ketika kita dihadapkan dengan data atau perspektif baru.
Fusi Horizon dalam Pemeriksaan Pajak
Dalam pemeriksaan pajak, konsep fusi horizon Gadamer sangat relevan. Horizon yang dimaksud Gadamer merujuk pada batasan pemahaman seseorang, yang dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, dan konteksnya. Ketika horizon dari pemeriksa pajak dan wajib pajak bertemu dalam proses pemeriksaan, terjadi pertukaran perspektif yang memungkinkan kedua belah pihak untuk mencapai pemahaman bersama.
Proses ini tidak selalu mudah karena sering kali terjadi perbedaan interpretasi, baik terhadap aturan perpajakan maupun terhadap fakta-fakta yang ditemukan. Namun, melalui dialog yang terbuka dan interaksi yang konstruktif, pemahaman bersama dapat dicapai.
Bagaimana Pemikiran Gadamer Dapat Diterapkan dalam Pemeriksaan Perpajakan?
Tahap Pengumpulan Data sebagai Proses Interpretasi
Tahap pertama dalam pemeriksaan perpajakan adalah pengumpulan data dan dokumen dari wajib pajak. Pada tahap ini, pemeriksa pajak harus menafsirkan berbagai laporan keuangan dan bukti transaksi dalam konteks regulasi perpajakan. Namun, data mentah tidak selalu berbicara sendiri; ia harus diinterpretasikan berdasarkan konteks bisnis dari wajib pajak tersebut.
Gadamer menekankan bahwa pemahaman selalu melibatkan dialektika antara teks (atau dalam kasus ini, data) dan konteksnya. Seorang pemeriksa pajak yang baik akan mempertimbangkan konteks spesifik dari wajib pajak, seperti industri di mana mereka beroperasi, keadaan ekonomi, dan praktik bisnis yang berlaku. Dengan cara ini, pemeriksa pajak tidak hanya menafsirkan data secara tekstual tetapi juga secara kontekstual.