Mohon tunggu...
Eggbal Alditio
Eggbal Alditio Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sabda Warga, Warga Berdaya

25 November 2015   20:13 Diperbarui: 25 November 2015   21:37 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemaknaan

Sabda Warga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dipilah menjadi dua kata, yakni Sabda dan Warga. Sabda merupakan kata atau perkataan, sedangkan Warga merupakan perkumpulan atau tingkatan dalam masyarakat. Dapat dikatakan Sabda Warga sebagai perkataan atau tuntutan yang dilontarkan oleh warga. Dalam konteks karya kali ini, Sabda Warga berisi seruan atau tuntutan warga dalam upaya melawan ketidakadilan dan merebut hak-hak yang telah diambil alih oleh sebagian penguasa atas kepentingan pribadi. Berdasarkan konsep yang tertulis dalam buku paduan biennale, Sabda Warga merupakan bentuk visual atas perjuangan sebagaian warga jogja guna melawan perubahan kota akibat terfokus pada perwujudan kota wisata dan belanja, sayangnya perubahan atau pembangunan tersebut tidak memperhatikan hak atau keberlangsungan warga sebagai subjek penting dalam penentuan arah gerak dan ruang hidupnya.

Selain itu pemilihan toa sebagai objek yang dijadikan logo dari pergerakan sabda warga dapat diinterpretasikan sebagai konotasi perlawanan berbentuk orasi bagi kaum yang dirampas hak dan keadilannya, karena di indonesia toa merupakan salah satu properti yang selalu hadir sebagai pengeras suara saat terdapat kelompok masyarakat menyuarakan aspirasinya di depan gedung pemerintahan ataupun  sudut-sudut keramaian kota. Logo Sabda Warga sendiri terdiri dari tiga elemen utama, gestalt toa dengan dilengkapi teks Sabda di tengahnya dan teks Warga yang diposisikan sebagai anomatope suara dari toa tersebut. Penempatan teks Sabda yang berada di dalam bagian Toa dapat digambarkan sebagai Sumber suara atau pernayatan, sedangkan teks warga yang lebih dinamis, karena bentuknya menyerupai anomatope, merupakan penegasan bahwa masyarakat sejatinya memiliki andil untuk bersuara dan mengemukakan pendapat.

Sementara itu subjek yang menjadi objek dalam karya Sabda Warga merupakan perwakilan masyarakat dari lima daerah yang diperjuangkan oleh Andrew Lumban Gaol dalam Sabda Warganya. Tokoh tersebut berangkat dari latar belakang yang berbeda, baik pendidikan maupun profesi, dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, ada yang hanya menggunkaan kaos dan topi hingga subjek yang menggunakan pakaian rapih serta religius. Ketujuh tokoh tersebut tidak dijelaskan siapa dan bagaimana peran mereka dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat di daerahnya, hal ini dimaksudkan agar pernyataan yang dipaparkan merupakan pernyataan masyarakat secara keseluruhan bukan perseorangan. Persatuan sendiri merupakan salah satu kata yang tertulis dalam pancasila, sila ke tiga dengan salah satu maknanya adalah masyarakat Indonesia seharusnya saling bahu-membahu membangun dan menjaga budaya serta keseimbangan alam Indonesia secara utuh.

Setelah diamati lebih jauh, figur yang ditampilkan dalam karya Sabda Warga berjumlah tujuh orang. Angka tujuh sendiri memiliki berbagai mitos seperti angka keberuntungan dan angka yang disakralkan dalam budaya jawa diantaranya banyaknya upacara atau ritual dalam jawa yang mengharuskan adanya kembang dengan jumlah tujuh rupa berbeda, bukan hanya itu, angka tujuh juga sering disebut sebagai pitulungan. Dalam ilmu pengetahuan, angka tujuh sendiri merupakan dasar bilangan akumulasi yang tidak terhitung jumlahnya. Dari berbagai mitos yang meliputi angka tujuh, tujuh figur yang ada pada karya sabda warga dapat dikonotasikan sebagai perwakilan atas suara masyarakat dengan jumlah lebih banyak bahkan hingga tidak terhingga sebagai upaya saling tolng-menolong dan bahu-membahu menyelamatkan keseimbangan alam khususnya permasalahan tanah.

Tidak hanya berhenti disitu, makna figur dengan hanya menampilkan setengah badan tanpa bagian kaki juga dapat dimaknai lebih jauh. Dalam anatomi tubuh manusia, kaki merupakan tumpuan berpijak dan bagian tubuh yang memiliki hubungan lebih jauh dengan tanah berpijak, karena hampir setiap hari kaki melakukan kontak fisik secara langsung dengan tanah. Dapat dimaknai bahwa ketujuh figur yang ada dalam sabda warga telah terampas tempat berpijaknya akibat keserakahan beberapa oknum. Ironis karena oknum tersebut mayoritas merupakan petinggi serta orang yang memiliki peran penting dan seharusnya menjadi tumpuan juga panutan dalam masyarakat, tetapi kenyataannya bertolak belakang.

Pemilihan pakaian dalam pengambilan gambar dengan sengaja ala kadarnya atau sederhana dan tanpa rekayasa, hal ini untuk mempertegas bahwa pernyataan yang tertulis benar-benar riil berasal dari masyarakat. Selain itu karena pakaian sendiri memiliki peran penting dalam mengkastakan kedudukan serta status sosial masyarakat. Pemisahan jenis kelamin yang didominasi oleh laki-laki juga dapat dimaknai berdasar mitos bahwa sudah selayaknya laki-laki yang lebih depan dalam memperjuangkan hak masyarakat yang juga meliputi hak istri atau bahkan anak dan cucunya kelak.

Kemudian pemilihan gaya block adalah karena rumah dari  karya Sabda Warga yang sebenarnya adalah jalan, atau tempat umum dengan target audiens masyarakat secara keseluruhan yang berlalu –lalang, tehnik block menghasilkan objek yang tegas dan dapat diamati dari kejauhan, juga dengan mudah dicerna oleh masyarakat kota yang bergerak secara dinamis. Selanjutnya penempatan kolase informasi dan cuplikan tuntutan warga serta berita dari media cetak disusun tidak rapih berusaha mewakili pembangunan kota Yogyakarta yang semrawut, disisi lain pemilihan berbagai informasi dimaksudkan untuk mengedukasi audiens tentang permasalahan yang terjadi. Kolase tersebut dilapisi oleh cat berwarna kuning mengesankan peringatan bagi seluruh lapisan masyarakat di kota Yogyakarta. Pemilihan warna merah dalam objek manusia atau masyarakat diartikan sebagai keberanian untuk mendorong kebenarian masyarakat lainnya dalam memperjuangkan hak atas ketidakadilan yang menimpa masing-masing daerahnya. Sedangkan warna hitam dihadirkan sebagai outline atau penegas mengesankan jurang pemisah antara masyarakat dan keadilan yang seharusnya didapatkan.

Membahas mengenai ukuran poster yang melebihi ukuran maksimal cetak atau ukuran terbesar kertas, Sabda Warga berusaha mendekonstruksi ukuran tersebut dengan tujuan terciptanya kekuatan besar dan kemampuan masyarakat untuk menyuarakan dan menuntut keadilan. Selama ini masyarakat selalu berada dalam kasta paling bawah dalam sistem pemerintahan dan selalu dirugikan, padahal sebagaimana yang diatur dalam undang-undang bahwa masyarakat adalah penentu kebijakan dan segala kebijakan harus berdasar pada kepentingan masyarakat.

 

Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna (Bandung: Sinar Baru, 1988)

Foto dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun