Mohon tunggu...
Egga Olivia
Egga Olivia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renjana Vina

9 November 2017   19:46 Diperbarui: 9 November 2017   20:10 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Braakk! Tanpa sengaja Vina menabrak seseorang di depan kelasnya. Buku-buku yang Vina bawa sontak berserakan di lantai depan kelas 8B. Serta merta ia pungut kembali buku-buku yang berserakan untuk ia kembalikan di perpustakaan. Ketika Vina sibuk mengemas kembali buku-buku yang terjatuh, tanpa ia sadari sesosok laki-laki tengah berdiri tepat di depannya seraya menyerahkan beberapa buku yang tadi sempat terjatuh.

"Maaf ... maaf, aku tidak sengaja!", kata Rangga dengan penuh penyesalan sambil bergegas menuju kantor guru.

"Astaga .... ternyata Mas Rangga," batin Vina sambil menahan rasa grogi di depan orang yang ia kagumi selama ini.

Hingga Rangga berlalu pun Vina masih saja terpaku dan tak percaya bahwa orang yang baru saja ia temui adalah Mas Rangga, Ketua OSIS SMPnya, orang yang selama ini sangat ia idolakan karena ketampanannya, prestasinya, wibawanya, dan keramahannya. Mas Rangga yang bagi Vina pesonanya tak terlupakan.  Laki-laki yang nyaman dilihat dan nyaman di hati katanya.

Di sepanjang koridor sekolah Vina terlihat senyum-senyum sendiri. Ia masih terpesona dengan kakak kelasnya itu.

"Vin .. Vina ... kamu mau kemana?" tiba-tiba terdengar suara Bu Ida dari dalam ruang perpustakaan.

"Eh ... mmm .. mau mengembalikan buku-buku ini, Bu." Jawab Vina sekenanya karena dari tadi ia melamun sampai-sampai ia tak sadar jika ruang perpustakaan sudah ia lewati.

"Ah kamu ini, mau mengembalikan buku di kamar mandi maksudnya? Ruang perpustakaan jelas-jelas sebesar ini kok masih aja ndak keliatan!"tegur Bu Ida yang sedari tadi menyadari jika Vina tengah melamun sejak berjalan dari koridor sekolah.

"Iy ..  iya, Bu maaf. Ini saya diminta Bu Ana mengembalikan buku ini" Jawab Vina sambil menahan malu karena ketahuan melamun.

"Baik, terima kasih ya sudah mengantar buku-buku ini. O ya Vin, jangan lupa ya nanti pulang sekolah ada ekskul jurnalistik. Jangan lupa ingatkan teman-temanmu ya!"

"Baik, Bu. Nanti saya beritahukan teman-teman. Saya kembali ke kelas dulu, Bu." Vina mohon diri dari hadapan Bu Ida.

-----***-----

Setibanya di kelas. Setengah berlari Vina menghampiri Alya, teman sebangkunya.

"Al .. Al .. coba cebak siapa yang baru saja aku temui barusan?" Tanya Vina pada Alya.

"Bu Ida lah, barusan kamu dari perpustakaan kan?"

"Bukannnn....barusan aku papasan sama Mas Rangga di depan kelas, dia nggak sengaja menabrakku. Dia baik banget, mau bantuin aku merapikan buku-buku yang berserakan. Apa sebenarnya dia juga suka padaku ya?"

"Ah .. kamu Vin, mulai deh baper.Ya wajarlah kalau Mas Rangga bantuin kamu karena dia merasa bersalah telah menjatuhkan buku-bukumu. Jadi, bukan karena dia terpesona padamu ya!"

"Alya ... jangan sirik gitu dong! Akan aku buktikan padamu kalau Mas Rangga bener-bener suka padaku."

"Vin, bukan begitu maksudku. Ayolah kita fokus belajar dulu. Urusan cinta belum saatnya kita pikirkan saat ini. Apalagi minggu depan kita akan menghadapi Ulangan Tengah Semester. Aku yakin kalau kamu terus-terusan memikirkan Mas Rangga, nilai ulanganmu akan turun lagi."

"Enggak Al, justru sebaliknya dengan adanya Mas Rangga di hatiku membuat semangat belajarku bertambah, membuatku makin bersemangat masuk sekolah."

"Iya Vin, semangat ke sekolah untuk memandang dan mikirin Mas Rangga kan?"

"Ah .. Alya kamu gitu, ndak seru deh. Ya sudahlah aku mau ke kantin dulu."

-----***-----

Akhirnya setelah satu minggu UTS dilaksanakan. Pak Tria -- wali kelas yang baik hati sekaligus guru favorit di sekolah -- mengumumkan hasilnya.

Benar saja dugaan Alya, nilai UTS Vina jeblok. Sampai-sampai Pak Tria tidak mau  memberitahukannya di kelas. Vina diminta ke kantor seusai jam pembinaan wali kelas.

"Vin .. ada apa denganmu akhir-akhir ini? Apakah kamu sedang punya masalah? Cerita saja sama Bapak, Nak. Tak biasanya nilai ulanganmu  nyaris di bawah KKM." Tanya Pak Tria dengan lembut.

"Tidak, Pak. Saya tidak punya masalah apa-apa." Jawab Vina serak seraya berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah pada saat itu.

"Lantas kalau kamu tidak punya masalah, mengapa nilaimu seperti ini? Mana Vina yang penuh semangat, yang rajin  belajar, dan aktif dalam kegiatan sekolah? Mengapa sekarang berubah?"

Vina tak mampu menjawab pertanyaan dari Pak Tria karena menyadari nilai UTSnya benar-benar jeblok. Ia sudah membayangkan bagaimana jika ayah dan ibunya tau kalau hasil ulangannya memalukan begini.  

"Vin..", panggil Pak Tria membuyarkan lamunanku.

"Hemm...ini nih salah satu yang membuatmu tidak fokus belajar. Sekarang hobimu tidak lagi baca buku tapi melamun saja ya." tegur Pak Tria mengingatkan.

"Eh .. emm .. saya hanya sedih saja Pak, mengapa nilai ulangan saya bisa jeblok begitu. Saya takut dimarahi orang tua saya, Pak."

"Kamu yang harusnya mencari tau apa yang membuatmu seperti ini. Apakah orang ini yang membuatmu tidak fokus belajar?"

Tiba-tiba saja Mas Rangga keluar dari ruang kantor dan berjalan mendekatiku.

"Astaga ... bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan. Kenapa Mas Rangga harus ada di sini. Huh .. datang di saat yang tidak tepat. Kalau tau nilaiku jeblok begini, mau ditaruh dimana mukaku ini. Ashh.. ah bikin salah tingkah saja nih." batin Vina yang terlihat makin kebingungan.

"Hallo Vina .. Bagaimana hasil UTSmu? Denger-denger karena sering melamun nilai UTSmu sekarang jeblok ya? Mikirin apa sih? Apa karena melamunanku terus ya? " tanpa basa-basi Mas Rangga langsung menghujani pertanyaan padaku.

"Hah .. Mas Rangga tau darimana kalau aku sering melamunkannya? Pertanyaan-pertanyaannya seperti petir di siang bolong. Menatap matanya saja aku salah tingkah, sekarang ia tanpa basa-basi menanyaiku seperti itu. Apa yang harus aku katakan padanya di depan Pak Tria. Aku benar-benar maluuu ...." batin Vina seraya menguasai dirinya agar tidak terlihat grogi di depan Pak Tria dan Mas Rangga.

"Vin .. sebetulnya Alya sudah bercerita banyak tentang perubahan sikapmu akhir-akhir ini. Kamu yang sering melamun di kelas. Kamu yang seringkali bercerita tentang Rangga padanya hingga membuatmu tidak fokus belajar." Jelas Pak  Tria.

Belum jadi Vina menanggapi penjelasan Pak Tria, Mas Rangga sudah menimpali dengan nasihat lainnya.

"Iya Vin, aku juga sudah mengetahui kalau selama ini ternyata kamu sangat memperhatikanku, mengidolakakanku, bahkan memikirkanku setiap hari. Hmm..seperti superstar saja ya aku ini, punya fans sepertimu." Goda Mas Rangga mencoba mencairkan suasana.

"Saranku sebaiknya jangan dulu memikirkan masalah percintaan, masa remaja harusnya kita gunakan untuk mencari pengalaman sebanyak mungkin, untuk mengukir prestasi setinggi mungkin, dan untuk membanggakan orang-orang yang menyayangi kita.  Jangan menyia-nyiakan masa remaja kita dengan hal-hal yang tidak penting. Mulai sekarang fokuslah belajar, kalau kamu menemukan kesulitan jangan sungkan-sungkan meminta bantuan padaku. Asal jangan lagi punya hobi melamun di kelas ya. Apalagi hanya untuk melamunkanku. Hahaha...." nasihat Mas Rangga yang begitu menyejukkan.

"Iya Mas, terima kasih sudah mengingatkanku. Aku janji akan kembali menjadi Vina yang dulu. Vina yang bersemangat, Vina yang rajin belajar, Vina yang aktif berorganisasi." Jawab Vina penuh kesungguhan,

"Terima kasih juga Pak Tria, saya mohon maaf sudah mengecewakan Bapak. Saya janji, semester dua, akan saya persembahkan nilai-nilai terbaik dari saya. kalau begitu saya mohon izin untuk kembali ke kelas."

"Iya, Vin. Amin ... semoga kesungguhanmu berbuah manis. Silakan kembali ke kelas." Kata Pak Tria.

"Semangat ya, Vin. Aku tunggu janjimu." 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun