Mohon tunggu...
Eugenius Ervan Sardono
Eugenius Ervan Sardono Mohon Tunggu... Freelancer - Jangan mempermainkan Tuhan

Filsafat Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lampu Petromaks dan Merayakan Kebahagiaan

31 Desember 2020   16:29 Diperbarui: 28 April 2021   06:59 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyalakan kebahagiaan. | pexels

Di tengah gempuran revolusi 4.0 bahkan sudah 5.0, di beberapa tempat masih atau belum masuk revolusi 1.0. Tragis, bukan? Pengiriman segala sesuatu di jaman sekarang dibutuhkan sarana dan prasarana.

Sebut saja, JNE. Di, Manggarai hanya ada di beberapa tempat Ruteng, Borong dan Labuan Bajo (Ibu Kota Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dab Manggarai Barat). Banyak yang belum mengenal JNE. Dari hasil pengamatan saya, ada beberapa poin yang perlu refleksikan.

Pertama, kebahagiaan datang dari hati. Di tengah keterbatasan, orang kami memiliki cara tersendiri merayakan kebahagiaan. Hanya dengan lampu petromaks, orang bisa berkumpul dan menikmati persaudaraan. Kedua, kebahagiaan turut difasilitasi oleh keadaan dari luar. Sebut saja listrik, akses jalan raya, teknologi dan prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan manusia. Bagi masyarakat kampung yang tak bisa menonton TV atau mengetahui informasi, ini merupakan sebuah ketertinggalan.

Apa yang saya ungkapkan di atas merupakan sebuah cara pandang penulis mengungkapkan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Kebahagiaan tak harus dirayakan dalam gegap gempita dan sorak-sorai. Kebahagiaan merupakan ekspresi kesederhanaan dari masyarakat 'kampung'.

Betapa saya bersyukur dan mengucapkan selamat kepada lampu petromaks. Dari kisah saya ini, saya mau merekomendasikan suatu hal, jadilah terang kecil, seperti lampu petromaks, kalau Anda tidak bisa seperti cahaya surya. Atau jadilah penerang seperti cahaya surya, kalau Anda tidak mampu seperti neon yang dialirkan arus listrik.

SELAMAT HARI LAMPU GAS, itu hanyalah nada guyon untuk mengakhiri kisah.
----sampai di sini saja sharing saya tentang lampu gas, bahasa kami orang Weleng, Lamba Leda, Manggarai Timur

KEYWORD: Berbagi, Memberi, Menyantuni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun