Mohon tunggu...
Ega Wiguna
Ega Wiguna Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sastra || @sastra.wiguna_

Memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meneladani Imam Ghazali, Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia

19 Februari 2020   21:16 Diperbarui: 19 Februari 2020   21:33 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. sumber: waragainsteatingdisorder.com

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah. Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Daulah sebelumnya dari Bani Umayyah, di mana pendiri dari Daulah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. 

Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Dalam Abdurrahman (2002), disebutkan bahwa kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). 

Tentunya banyak sekali sumbangan ataupun peninggalan sejarah dinasti Abbasiyah yang sangat berharga, salah satunya dalam bidang pendidikan adalah Madrasah Nizamiyah. Madrasah ini didirikan oleh Nizam Al-Mulk (465-485 H), yaitu pembesar zaman Saljuq yang diangkat menjadi menteri oleh Malikusyah As-Saljuq pada pertengahan abad ke-5 Hijriyah. 

Madrasah Nizamiyah merupakan madrasah termasyhur di dunia pada waktu itu, karena pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dimana pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah (Muthiah, 2011). 

Selain itu guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizamiyah adalah ulama besar termasyhur, salah satunya adalah Abu hamid bin Muhammad al-Ghazali, atau biasa disebut Imam Al-Ghazali, yang jasanya sangat besar terhadap perkembangan ataupun peningkatan mutu pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah.

***

Kegiatan Belajar Mengajar Imam Al-Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 M / 450 H) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan. Ia sangat mencintai sekali ilmu pengetahuan, itu dibuktikan dengan kesanggupannya meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara demi mencari ilmu pengetahuan. Dan Al- ghazali juga merupakan salah satu guru yang mengajar di Madrasah Nizamiyah (Husni, 2002). Ia terkenal dengan asas mengajarnya, yaitu:

Memperhatikan tingkat daya berfikir anak; Menerangkan pelajaran dengan jelas; Mengajarkan dari yang konkrit ke abstrak; dan Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.

Selain itu, Ia juga memberikan pendapatnya tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh peserta didik, di antaranya: 

Peserta didik harus memuliakan, menghormati, dan bersikap rendah hati terhadap guru;

Peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya, dan lain-lain.

Yang kemudian ide-ide pemikirannya dalam bidang pendidikan menjadi hal yang sangat berharga, dan tidak dapat dipungkiri pendapatnya merupakan sumbangan yang besar dalam dunia pendidikan, ini terbukti Ia menjadi rujukan bagi pendidik dan peserta didik tidak hanya didunia Islam tetapi juga diluar Islam dengan adanya renaissance di Eropa.

***

Problematika Pendidikan di Indonesia

Perkembangan pendidikan di Indonesia telah memberikan hasil yang cukup memuaskan sehingga secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun jika dibandingkan dengan beberapa negara anggota ASEAN, Timur Tengah dan Eropa, kita masih ketinggalan jauh. Oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain. 

Akan tetapi upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini disebabkan dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai problematika yang cukup mendasar dan bersifat kompleks, yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Bukhori, 1994). 

Problematika tersebut di antaranya: Pertama, rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah; Kedua, rendahnya mutu pendidikan, serta terjadi kecenderungan menurunnya akhlaq dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan dan juga menurunnya akhlaq serta moral pada generasi penerus bangasa akan berdampak pada rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya, sehingga akan sulit untuk bersaing dengan dunia global (Rohaety, 2006).

***

Memperkenalkan kembali asas-asas Imam Al-Ghazali dalam hal cara belajar mengajar yang baik, adalah sebagai titik acuan untuk peningkatan mutu pendidikan, moral, serta akhlaq peserta didik maupun pendidik di Indonesia. Seperti kita ketahui asas-asas belajar mengajar Al-Ghazali sampai saat ini masih dijadikan sebuah pedoman dalam cara belajar mengajar di seluruh dunia baik Bangsa Barat, Timur Tengah dan yang lainnya. 

Karena suatu pemikiran Al-Ghazali ini terbukti berhasil membuat mutu pendidikan di berbagai belahan dunia meningkat, dan itu berarti pemikiran Al-Ghazali terbukti menjadi sebuah pemikiran yang sangat berarti bagi dunia pendidikan global. 

Di Indonesia sendiri bukan berarti tidak memakai asas-asas Al-Ghazali dalam kegiatan belajar mengajarnya, akan tetapi seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, di era globalisasi ini telah mengikis moral dan akhlaq peserta didik maupun pendidik sedikit demi sedikit. 

Begitu juga kurikulum yang terus berubah-ubah sehingga menyebabkan asas-asas belajar mengajar dari Imam Al-Ghazali mulai terlupakan. Sehingga menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, begitu juga akhlaq dan moral bangsa yang menurun. 

Contoh realita di Indonesia di antaranya: banyak guru atau dosen yang mengabaikan tugasnya sebagai pengajar. Ia tak peduli muridnya mengerti atau tidak yang terpenting telah menggugurkan kewajibannya untuk mengajar. Selain itu dari sikap peserta didiknya adalah tidak ada rasa hormat terhadap pendidik, dengan banyaknya murid atau mahasiswa yang melawan terhadap guru atau dosennya, ataupun tidak menghormati keadaannya dikelas. 

Selain itu antar peserta didik juga telah menurunnya rasa kebersamaan, satu rasa satu bangunan. Terbukti adanya geng-geng di dalam sekolah atau kampus, terkadang satu kelas ada yang tidak tahu nama temannya, tidak membagi ilmu terhadap temannya, tidak peduli akan kesulitan teman, dan lebih mengarah kepada sikap individualis.

Dengan memperkenalkan kembali asas-asas kegiatan belajar mengajar dari Imam Al-Ghazali, maka diharapkan bisa menjadi suatu perangsang ataupun suatu faktor yang dapat menumbuhkan kesadaran bagi pendidik (guru, dosen, ustadz) juga peserta didik (siswa, mahasisiwa, santri) bagaimana seharusnya sikap ataupun perbuatan yang pantas dilakukan. Sehingga dengan tumbuhnya kesadaran tersebut akan memicu timbulnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia serta memperbaiki moral dan akhlaq generasi penerus bangsa menjadi lebih baik. 

Dengan begitu, sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing di dunia global. Sehingga hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa peninggalan Dinasti Abbasiyah berupa pemikiran Imam Al-Ghazali tersebut benar-benar menjadi suatu hal yang sangat berharga terhadap kemajuan dunia pendidikan global.

Referensi
Abdurrahman, Dudung. (2002). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI Yogyakarta.

Buchori, Mochtar. (1994). Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarka: Tiara Wacana Yogya.

Muthi'ah, Ummi. (2011). "Lembaga- Lembaga Pendidikan Islam Era Awal: Rumah, Kuttab, Mesjid, Shoolunat dan Madrasah". Jurnal online

Herlanti, Y. (2010). "Menapaki Sejarah dulu dan hari ini". yherlanti.wordpress.com

Husni, Mustafa. (2002). Khazanah Peradaban Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Rohaety, Ety. (2006). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Wikipedia. "Biografi Al-Ghazali".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun