4.2 Solusi Melalui Teknologi Cloud dan Pengindeksan Spasial
Untuk mengatasi tantangan tersebut, penggunaan teknologi cloud computing memberikan solusi dalam hal penyimpanan data yang lebih fleksibel dan pemrosesan data yang lebih cepat. Teknologi pengindeksan spasial seperti R-Tree dan QuadTree juga digunakan untuk mempercepat proses query spasial dengan mengurangi kompleksitas pencarian (Yeung & Hall, 2007, hlm. 129). Selain itu, teknologi pemrosesan data paralel seperti Hadoop dan Spark dapat digunakan untuk mengelola data spasial yang besar dengan cara yang lebih efisien (Wilmott, 2016; Rsch et al., 2020).
5. Masa Depan Basisdata Spasial dan Cloud Computing
5.1 Integrasi dengan Komputasi Awan
Penggunaan cloud computing untuk basisdata spasial memberikan kapasitas penyimpanan dan pemrosesan yang fleksibel, memungkinkan organisasi untuk menyimpan dan menganalisis data spasial dalam skala besar tanpa memerlukan investasi besar dalam infrastruktur lokal. Cloud computing juga mendukung interoperabilitas, memungkinkan berbagai sistem basisdata spasial untuk berbagi data dan bekerja sama dalam waktu nyata (Yeung & Hall, 2007, hlm. 471).
5.2 Digital Twin dan IoT dalam Basisdata Spasial
Masa depan basisdata spasial juga akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan Digital Twin dan Internet of Things (IoT). Digital twin memungkinkan penciptaan representasi digital dari objek fisik atau infrastruktur yang diperbarui secara real-time berdasarkan data yang diperoleh dari sensor. Integrasi ini memungkinkan perencanaan dan pengelolaan infrastruktur dengan lebih efektif (Yeung & Hall, 2007; Rsch et al., 2020). Dalam konteks kota pintar (smart city), digital twin dapat membantu dalam memonitor infrastruktur kota dan memberikan rekomendasi yang tepat untuk perbaikan atau pengembangan lebih lanjut.
5.3 Standar dan Interoperabilitas Basisdata Spasial
Penerapan standar internasional sangat penting untuk memastikan interoperabilitas antara berbagai sistem basisdata spasial. Standar seperti OGC (Open Geospatial Consortium) memainkan peran penting dalam menyediakan protokol komunikasi dan format data yang dapat digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi basisdata spasial (Yeung & Hall, 2007). Standarisasi ini memungkinkan data dari berbagai sumber dan format yang berbeda untuk diintegrasikan dan dianalisis secara bersama-sama, yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan aplikasi basisdata spasial modern.dan di indonesia terdapat KUGI untuk standarisasi nya, Katalog Unsur Geografi Indonesia (KUGI) adalah pemberian kode dan struktur kode, penetapan tipe, operasi, atribut, asosiasi, dan aturan-aturan .