Konsep Topophilia dan Topophobia memberikan wawasan penting untuk perencanaan kota dan pemahaman tentang perilaku masyarakat di ruang perkotaan. Menggunakan metode pemetaan mental, pembuat kebijakan dapat mengidentifikasi lokasi dengan keterikatan positif dan negatif serta mengembangkan strategi untuk meningkatkan keamanan dan keterlibatan sosial di tempat tersebut.
pengwilayahan urbanonim di suatu  koridor kota
Pengwilayahan urbanonim adalah proses mengelompokkan dan menganalisis penamaan tempat (seperti jalan, gedung, dan kawasan) dalam koridor kota untuk memahami pola historis, sosial, dan budaya yang terbentuk. Urbanonim tidak hanya berfungsi sebagai penanda lokasi, tetapi juga sebagai sarana membangun identitas kota dan branding wilayah (Terkulov, 2020).Â
Contoh: Â
Di beberapa kota seperti Macao, nama jalan dan bangunan menggabungkan pengaruh budaya Portugis, Mandarin, dan Inggris, mencerminkan identitas multikultural (Xie et al., 2023). Â
Praktik ini juga sering digunakan untuk branding komersial dan revitalisasi ekonomi melalui nama tempat, seperti stadion yang dinamai berdasarkan sponsor atau nama kawasan baru (Light & Young, 2015).
Di Indonesia nama urbanim yang saya ambil dari koridor jalur MRT Fase 1Â
dari variasi namanya menggunakan toponim sesuai topografi (Lebak Bulus, Cipete Raya, Bendungan Hilir, Dukuh Atas), nama pahlawan (Fatmawati, Haji Nawi) dan nama sponsor di beberapa nama belakang stasiun ataupun kawasan ASEAN untuk pusat kantor ASEAN di Indonesia.Â
Pengwilayahan ini membantu perencana kota untuk memetakan dinamika sosial dan ekonomi di suatu koridor serta mempertahankan warisan budaya melalui nama tempat.
 Beberapa Istilah Geografi Kebudayaan dan Identitas Tempat :Â