Mohon tunggu...
Ega Putra Sulistya Utama
Ega Putra Sulistya Utama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Ega Putra Sulistya Utama ,

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah Liburan Natal dan Tahun Baru di Kamar Kost

2 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   21:00 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang harinya, aku biasanya keluar kost untuk mencari santapan makan siangku. Warung masakan padang di Sukagalih adalah menu favorit yang cocok untuk disantap ketika siang hari. Setelah makan siang, aku menghabiskan waktu dengan menonton film yang sudah lama ada di daftar tunggu. Dari film horor yang membuat bulu kuduk merinding hingga film komedi yang membuat pankreasku terguncang, setiap cerita membawaku ke dunia yang baru. Laptop yang biasanya penuh dengan file tugas kini berubah menjadi portal hiburan.
 
Di sela-sela aktivitas sehari-hari, smartphone menjadi jendela kecilku untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Scrolling timeline Twitter menjadi rutinitas yang tak terhindarkan, melihat berita-berita terupdate yang sangat sayang jika dilewatkan. Terkadang aku juga menemukan rekomendasi film dan game baru dari cuitan para content creator favorite, atau terlibat dalam diskusi ringan tentang berbagai topik dengan warganet. Timeline yang ramai dengan obrolan dan jokes receh seringkali membuatku tertawa sendiri di tengah kesendirian kamar kost.

Sore hari, aku sering duduk di atas kasur, menikmati kopi yang dari pagi hari belum kuhabiskan, dan bermain gitar akustik yang dipinjamkan oleh Bapak Kos. Meski bukan pemain yang handal, ada kepuasan tersendiri ketika jari-jariku memetik senar, menciptakan melodi yang mengalun lembut di ruangan kecil ini.
Ketika matahari mulai terbenam dan adzan mulai berkumandang, aku bergegas untuk mandi dan dilanjut dengan beribadah. yang perlahan berubah warna saat matahari terbenam. Momen ini menjadi waktu favoritku untuk merenung tentang bagaimana masa depanku nanti, di tengah mencuatnya berita PPN 12%, koruptor dihukum ringan, dan polisi yang sering kali merugikan rakyat sipil. Oleh karena itu, aku sedikit menghawatirkan masa depanku.

Malam tiba, dan aku tenggelam dalam dunia game. Dengan earphone terpasang, aku menjelajahi dunia virtual yang penuh petualangan. Bermain game bukan hanya hiburan, tetapi juga cara untuk tetap terhubung dengan teman-teman secara online.

Menjelang tahun baru, aku juga menyadari pentingnya memiliki waktu untuk introspeksi. Aku mulai memikirkan hal-hal yang perlu aku tingkatkan di tahun depan, baik dalam kehidupan pribadi, akademik, maupun hubungan sosial. Liburan ini memberi aku banyak waktu untuk mengevaluasi diri, mengingat kesalahan yang pernah aku buat, dan merencanakan langkah-langkah untuk menjadi versi diri yang lebih baik. Refleksi ini seperti membuka lembaran baru dalam hidup aku, dengan harapan dan tujuan yang lebih jelas.

Foto sendiri
Foto sendiri

Ketika malam tahun baru tiba, suasana kost terasa sangat sepi. Sebagian besar penghuni sudah pulang ke kampung halaman, meninggalkan hanya segelintir orang yang tetap tinggal, termasuk saya. Namun, kesunyian ini bukanlah sesuatu yang menyedihkan. Sebaliknya, saya merasa damai berada di kamar saya, menatap langit malam dari jendela, dan menyaksikan kembang api yang mewarnai langit.

Dengan alunan musik dari playlist favorit saya, saya menikmati momen itu dalam kesederhanaannya. Tidak ada pesta meriah atau hingar-bingar, tetapi ada kehangatan dan rasa syukur yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Banyak orang mungkin menganggap liburan di kamar kost membosankan. Namun, bagiku, ini adalah waktu untuk introspeksi dan merawat diri. Aku belajar menghargai kesederhanaan, menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, dan merasa nyaman dengan diriku sendiri. Dalam keheningan kamar kost ini, aku menemukan ketenangan yang selama ini sulit kuraih.
 
Selain itu, aku juga menyadari bahwa tinggal di kost selama liburan memberi aku waktu untuk lebih menghargai ruang yang selama ini aku tempati. Kamar kost, yang sebelumnya terasa seperti tempat singgah sementara, kini berubah menjadi tempat yang lebih personal dan bermakna. Di sinilah aku menghabiskan waktu untuk belajar, beristirahat, bahkan melewati berbagai emosi selama menjadi mahasiswa. Merenungi hal ini membuat aku semakin sadar bahwa kenyamanan bukan hanya soal tempat, tetapi juga soal bagaimana kita mengisi ruang tersebut dengan hal-hal yang positif.

Momen ini juga memberi aku pelajaran penting tentang arti dari menikmati waktu sendiri. Dalam kesendirian, aku belajar untuk menjadi lebih dekat dengan diri aku sendiri, mendengarkan apa yang sebenarnya aku inginkan, dan memberikan waktu untuk memulihkan energi yang sempat terkuras. Meski terlihat sederhana, waktu seperti ini adalah bentuk self-care yang sering terlupakan ketika aku sibuk dengan dunia luar. Kadang, aku hanya butuh waktu untuk beristirahat tanpa gangguan untuk menemukan kembali semangat yang sempat pudar.

Akhirnya, liburan ini menjadi refleksi tentang makna kebahagiaan. Bukan tentang sejauh mana kita pergi atau sebanyak apa aktivitas yang kita lakukan, tetapi tentang bagaimana kita menghargai setiap momen yang ada, bahkan di tempat yang paling sederhana sekalipun. Di kamar kost yang kecil, aku menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan---sesuatu yang tidak bisa diukur dengan uang atau pengalaman mewah. Inilah yang membuat liburan ini menjadi pengalaman yang akan selalu aku kenang dengan penuh syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun