Tetes-tetes pertama jatuh lamban,
Mengukir alunan di atas atap harapan.
Angin berbisik, memberi hormat pada dedaunan,
Seolah waktu pertemuan mereka tetap diam.
Membawa kenangan yang tak terlupakan.
Setiap tetes memiliki kisah yang terkubur,
Cinta yang pudar dan mimpi yang tenggelam.
Langit kelabu tapi tidak dalam duka,
Karena hujan adalah dialek jiwa.
Ia menyembuhkan luka dan menghapus debu,
Menyebabkan kesegaran bagi yang lembut.
Di jalan, genangan air kecil-
Aku melihat bayangan masa depan.
Cahaya gemerlap dari lampu senja,
memeluk hujan, membawanya dengan penuh kasih sayang.
Oh hujan,harapan yang jatuh dari langit,
membasahi hati yang telah mengering.
Terima kasih telah datang malam ini,
kau adalah pelukan damai dalam keheningan bisu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H