Mohon tunggu...
Ega Ermalia
Ega Ermalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya

I am the best graduate of 2023 at Tunas Media Vocational High School, majoring in Office Management Automation. Currently, I am a student pursuing accounting at Pembangunan Jaya University. I have a keen interest in recording transactions, managing revenue, cash flow, and handling other administrative tasks.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Liburan yang Lebih Dalam: Meresapi Makna dari Sekadar Pelarian

19 Desember 2023   11:07 Diperbarui: 21 Desember 2023   21:26 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stres : Luis Villasmil : Unsplash 

"Obsesi adalah di mana sesuatu tidak akan meninggalkan pikiranmu." -Eric Clapton 

Bukankah ini sangat berkaitan dengan tanggal berwarna merah yang selalu ditunggu kehadirannya? 

Sebagai salah satu penduduk perkotaan yang padat akan aktivitas di setiap harinya, kamu pasti selalu memikirkan dan menghitung kapan akan sampai pada tanggal itu. 

Sudah merencanakan tempat apa yang akan dikunjungi, hal apa saja yang akan dilakukan, bahkan tidur seharian juga telah temasuk di dalam rencana hari itu. 

Kemudian, ketika harinya tiba, kamu seakan melepas seluruh beban dalam dirimu. 

Lalu selalu berpikir, "kapan ya bisa seperti ini untuk waktu yang lama?" Ah, memikirkannya saja kamu pasti sudah merasa itu sesuatu yang mustahil.

Sejak bersekolah pun saya merasakan hal yang sama. Saya selalu terobsesi dengan kata "libur" dan tidak ingin hari libur cepat berakhir. 

Sekolah 8-9 jam per hari dengan tugas yang masih harus diselesaikan di rumah, cukup membuat saya kesulitan dalam mengatur keseimbangan hidup. 

Waktu istirahat yang terpakai untuk mengerjakan tugas, bahkan sampai waktu berkomunikasi dengan keluarga yang menjadi sangat jarang. Dan berakhir, saya dapat merasa stres hanya karena waktu luang yang saya miliki sangat terbatas di setiap harinya. 

Bukannya dilebih-lebihkan, namun stres itu memang hadir tersendiri karena kurangnya melepaskan pikiran dari aktivitas hidup yang cukup melelahkan. 

Sampai pada akhirnya saya mengetahui bahwa liburan itu bukan obsesi saya semata, namun karena memang banyak yang seperti saya membutuhkannya untuk sekedar meredakan stres. 

Ilustrasi Stres : Luis Villasmil : Unsplash 
Ilustrasi Stres : Luis Villasmil : Unsplash 

Data survei Sofronov tahun 2018, menunjukkan bahwa sekitar 55 persen generasi milenial melakukan kegiatan berpergian dengan tujuan untuk rileksasi akibat stres yang timbul dari kegiatan keseharian mereka, baik itu karena hubungan dengan pekerjaan maupun relasi. 

Hal ini tidak begitu mengejutkan, karena memang benar kenyataannya saat ini stres yang timbul dari kegiatan keseharian bukan hanya tentang pekerjaan, namun juga relasi yang harus kita pahami dengan baik. 

Dan dengan berpergian saat hari libur pun secara tidak langsung dapat membuat kita merasa terbawa ke suasana menyenangkan dan melupakan sejenak benang kusut  yang semula ada dipikiran kita. 

Melihat secara langsung tempat-tempat yang telah menjadi impian kita ketika padat beraktivitas juga akan membuat kebahagiaan itu muncul dengan sendirinya. 

Apakah peran liburan hanya sampai untuk menghilangkan stres dan menimbulkan kebahagiaan sementara? Lalu, bagaimana setelah liburan berakhir? 

Mengambil pencerahan dari Mehmet Murat Ildan yang mengatan, "Dalam hal menyembuhkan tubuh atau pikiran, liburan benar-benar genius!" 

Dari ungkapan tersebut mencerminkan bahwa liburan bukan hanya sebuah pelarian sementara dari aktivitas sehari-hari, melainkan ia bisa menjadi sebuah penyembuh dengan dampak baik untuk dirimu. 

Dengan ini, penyembuhan dari tubuh dan pikiranmu dapat membuat kesejahteraan baru untuk menghadapi tuntutan hidupmu. Memunculkan kreativitas dan semangat yang baru untuk menuju kehidupan yang lebih terarah.

Bagi kamu yang masih merasa liburan hanya sebagai pelarian semata dan akan kembali ke titik pusing kita lagi setelahnya, kamu salah besar.

Peran liburan tidak hanya berhenti sampai disitu, banyak manfaat lain yang mungkin tidak kamu sadari. 

Berhenti terobsesi dengan liburan hanya karena untuk pelarian sementara. Jadikanlah liburan sebagai peran pentingmu untuk berbagai manfaat positif. 

Ilustrasi Keluarga : Jonathan Borba : Unsplash 
Ilustrasi Keluarga : Jonathan Borba : Unsplash 
Pertama, jadikanlah liburan sebagai tempat untuk berbagi cerita dan kasih sayang kepada keluarga.

Kesibukanmu dalam bekerja atau beraktivitas dalam setiap harinya bukan berarti bisa menjadikan dirimu sebagai seseorang yang melupakan hal sekitar.

Sadarkah kamu semakin kamu beranjak dewasa waktumu untuk bercengkrama bersama ayah, ibu, maupun saudaramu semakin sedikit karena aktivitas masing-masing di luar sana? 

Maka dari itu, ayo mulai coba luangkan waktumu saat libur untuk berpergian bersama keluarga. Pantai, taman, atau bahkan staycation, mungkin dapat menjadi pilihan yang tepat untuk berbincang  terkait keluh kesahmu bersama keluarga. Dengan berbagi bersama mereka, kamu akan lebih merasa nyaman.  

"You leave home to seek your fortune and, when you get it, you go home and share it with your family." -Anita Baker

giulia-bertelli-dvxgnwnywem-unsplash-6580f9b2c57afb294f1b1062.jpg
giulia-bertelli-dvxgnwnywem-unsplash-6580f9b2c57afb294f1b1062.jpg
Ilustrasi Apresiasi Diri : Giulia Bertelli : Unsplash

Kedua, jadikanlah liburan sebagai tempat untuk mengapresiasi dirimu.

Bukankah dirimu sudah terlalu lelah untuk terus dipaksakan sampai ke tempat paling tinggi yang ingin dicapai olehmu? Berhentilah sejenak, berilah dirimu ruang untuk beristirahat dan bahagia. 

Berikan apresiasi dengan membuat dirimu melakukan hal-hal yang ia sukai. Atau bahkan tujulah tempat yang dirimu suka. Hal ini disebut dengan self-reward. 

Psikolog Klinis, Inez Kristanti dalam bincangnya bersama media secara virtual. Menjelaskan bahwa self-reward menurutnya merupakan bentuk apresiasi kepada diri sendiri yang bisa menimbulkan perasaan bermakna, bahkan bisa jadi menambah motivasi diri sendiri untuk kemudian hari.

Jadi, jangan lagi berpikir bahwa obsesimu terhadap liburan nantinya hanya dapat membuang uang dan menghilangkan stres sementara saja. 

Tetapi, cobalah pahami lebih dalam sampai kamu menemukan perasaan bermakna dari liburan yang dapat membuat dirimu merasa dihargai karena telah berjuang sejauh ini.

Menjalani tekanan hidup di tengah masyarakat perkotaan tentu bukan hal yang mudah. Kebanyakan orang berpikir bahwa masyarakat perkotaan sangatlah terobsesi dengan kata "liburan". 

Namun sayangnya, banyak yang menyalahartikan obsesi liburan sebagai pelarian stres sementara saja. 

Padahal banyak hal yang bisa kita rasakan lebih dalam. Dari mulai liburan bisa berperan positif terhadap hubungan keluarga sampai dengan liburan bisa menjadi salah satu cara dalam melakukan self-reward.

Jadi mulai sekarang, ayo coba resapi lebih mendalam terkait tujuan liburanmu! Jika kamu masih berpikir bahwa liburan sangat sia-sia karena hanya pelarian sementara, ya, terserah. Akankah tetapi, apakah kamu tidak kasihan dengan dirimu yang terus-menerus dikasih beban tanpa ada jeda? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun