Sampai pada akhirnya saya mengetahui bahwa liburan itu bukan obsesi saya semata, namun karena memang banyak yang seperti saya membutuhkannya untuk sekedar meredakan stres.Â
Data survei Sofronov tahun 2018, menunjukkan bahwa sekitar 55 persen generasi milenial melakukan kegiatan berpergian dengan tujuan untuk rileksasi akibat stres yang timbul dari kegiatan keseharian mereka, baik itu karena hubungan dengan pekerjaan maupun relasi.Â
Hal ini tidak begitu mengejutkan, karena memang benar kenyataannya saat ini stres yang timbul dari kegiatan keseharian bukan hanya tentang pekerjaan, namun juga relasi yang harus kita pahami dengan baik.Â
Dan dengan berpergian saat hari libur pun secara tidak langsung dapat membuat kita merasa terbawa ke suasana menyenangkan dan melupakan sejenak benang kusut  yang semula ada dipikiran kita.Â
Melihat secara langsung tempat-tempat yang telah menjadi impian kita ketika padat beraktivitas juga akan membuat kebahagiaan itu muncul dengan sendirinya.Â
Apakah peran liburan hanya sampai untuk menghilangkan stres dan menimbulkan kebahagiaan sementara? Lalu, bagaimana setelah liburan berakhir?Â
Mengambil pencerahan dari Mehmet Murat Ildan yang mengatan, "Dalam hal menyembuhkan tubuh atau pikiran, liburan benar-benar genius!"Â
Dari ungkapan tersebut mencerminkan bahwa liburan bukan hanya sebuah pelarian sementara dari aktivitas sehari-hari, melainkan ia bisa menjadi sebuah penyembuh dengan dampak baik untuk dirimu.Â
Dengan ini, penyembuhan dari tubuh dan pikiranmu dapat membuat kesejahteraan baru untuk menghadapi tuntutan hidupmu. Memunculkan kreativitas dan semangat yang baru untuk menuju kehidupan yang lebih terarah.
Bagi kamu yang masih merasa liburan hanya sebagai pelarian semata dan akan kembali ke titik pusing kita lagi setelahnya, kamu salah besar.