Mohon tunggu...
Ega Asnatasia Maharani
Ega Asnatasia Maharani Mohon Tunggu... Dosen - A wanderer soul

Psikolog, Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Saat ini sedang menempuh studi S3 di International Islamic University Malaysia (IIUM) bidang Clinical Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menakar Literasi Kesehatan Mental

23 Februari 2020   16:53 Diperbarui: 24 Februari 2020   05:16 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Celah" inilah yang kemudian dimanfaatkan dengan cerdik oleh DS. Dengan menawarkan training massal, para peserta diajak melakukan 'detox' dari masalah-masalah pribadi yang hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja. Peserta yang umumnya datang dengan kondisi penuh tekanan psikologis, tentu akan merasakan efeknya secara instan. 

Di dalam dunia medis dikenal pula istilah placebo effect, yaitu adanya manfaat dari suatu treatment yang dirasakan seseorang karena ia percaya telah mendapatkan pengobatan yang sesuai. Padahal, treatment tersebut tidak mengandung bahan aktif yang secara langsung menyembuhkan penyakit. Hal yang sama juga bisa terjadi pada mekanisme psikologis. 

Sebagai contoh sederhana, Anda bayangkan ketika berada di situasi yang penuh tekanan, lalu Anda bertemu sahabat baik kemudian mendapat pelukan darinya, otomatis tubuh akan menerima perlakuan itu sebagai wadah pelepas stres.

Akibatnya Anda akan merasa jauh lebih 'ringan' dan bisa melihat masalah dengan lebih jelas. Sampai disini saja sebenarnya efek placebo itu bekerja, krn pada dasarnya akar masalah tidak terselesaikan melalui pelukan yang Anda dapatkan.

Pada kasus DS, aktivitas ini ditambah dengan teknik-teknik hypnotherapy yang menyentuh alam bawah sadar peserta sehingga efeknya terasa lebih maksimal.

Teknik ini tentu boleh digunakan jika sesuai porsinya. Namun dalam kondisi masyarakat dengan literasi kesehatan mental rendah, seharusnya perlu dipertegas bahwa metode ini bukan 'obat generik' yang bisa digunakan untuk semua masalah psikologis.

Alih-alih membuat peserta merasa sembuh total, seharusnya praktisi seperti DS terbuka pada batasan-batasan yang dimilikinya dan bersedia berjejaring dengan profesional yang kompeten untuk melakukan psikoterapi di tahap berikutnya jika diperlukan.

Problem help-seeking behavior seperti ilustrasi di atas merupakan efek langsung rendahnya literasi kesehatan pada masyarakat. Kita cenderung tidak tahu bagaimana mencari bantuan profesional meskipun mungkin sudah merasakan gejala ketidakseimbangan di dalam tubuh-pikiran-dan perasaan.

Terbatasnya pengetahuan dalam mencari bantuan ini sebenarnya berkaitan juga dengan aspek lain dalam literasi kesehatan mental, yaitu pengetahuan tentang berbagai gangguan mental dan gejala apa saja yang muncul sebagai indikatornya. 

Berbagai studi mengenai literasi kesehatan mental menemukan umumnya masyarakat hanya mengenali beberapa gangguan mental saja yaitu depresi, gangguan mood, dan skizofrenia.

Pada sebuah studi yang dilakukan di Indonesia tahun 2017, justru ditemukan anggapan bahwa stres, kurang percaya diri, penurunan motivasi, dan ketidakmampuan memecahkan masalah sebagai bentuk gangguan mental. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun