Suaranya bagai raungan anak macan
Bedanya tidak mencakar-cakar dengan kuku panjangnya
Duduk di bawah dengan ekspresi sedih tertekan
Hilang sudah yang dia sayang katanya
Boneka masih ada, gambar masih di meja
Jangan sampai ku tertuduh karena tingkahnya
Lekaslah tenang, walaupun merasa kehilangan
Wahai adik manis kesayangan
Tiba-tiba ia diam, bangkit dari duduk termenungnya
Berjalan sambil mengusap ingus di muka
Tapi rasa sedihnya masih ku rasakan
Ceritakan saja, jangan di pendam, nanti sesak di dada
Dia menunjuk ke pohon penuh bunga
Berkata temannya hilang di sana
Terbang dengan sayap di malam tibaÂ
Melambaikan tangan tanda kembali, namun belum hingga saat ini
Ku berkata masih banyak kutilang
Ia diam, suasana hening
Kecewanya, tebakanku melesat
Temannya manusia dengan sayap warna pekat
Kediri, 6 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H