Mohon tunggu...
Ega Ardiana
Ega Ardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Love about art

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Orang-orang yang Sekadar Lewat

29 Juli 2024   09:17 Diperbarui: 29 Juli 2024   11:58 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com/Khoa V

"Kak, kenapa teman-teman menjauhiku? Aku salah apa?" 

Kak Lala terdiam sejenak, ia bingung hendak berkata apa. 

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Teman-temanmu masih tidak suka denganmu?

"Iya, aku selalu sendirian. Rasanya seperti orang asing kak."

"Nanti kalau mereka butuh kamu, mereka juga akan datang lagi ke kamu. Kalau kamu terbiasa apa-apa sendiri, akan lebih mudah dan tidak bergantung pada orang lain."

Fera diam tidak berkata ataupun bertanya lagi pada kakaknya. Sebenarnya Kak Lala juga sedih, kenapa adiknya diperlakukan seperti itu. 

Hari-hari Fera lewati dengan kesendirian, jika di rumah ada Kak Lala. Tapi jika di luar, di sekolah, Fera seperti terasa seperti orang asing. 

"Fera, ambilkan bukuku di tas."

"Ambilkan juga bukuku ya, sama kotak bekal." suruh mereka.

"Aku juga ya, sama kotak pensil. Kita nunggu di sini aja." Tambah lagi.

"Tapi bukunya tebal, salah satu dari kalian bisa bantu aku."Ucap Fera

"Oh, iya lupa Fera kan mungil, kasihan. Kasihan banget, haha." Ledek salah satu dari tiga anak yang lain.

"Ah Fera emang gak mau bantuin, gak usah berteman sama kita lagi."

Fera hanya diam, akhirnya dia berjalan menuju kelas. Baru saja beberapa langkah, 

"Fera tunggu!" Kemudian Fera berbalik arah, melihat ada Kak Lala yang datang ke sekolah 

"Kalian bertiga punya aturan apa tentang pertemanan? Kayaknya kalian paling berkuasa dan sombong di kelas." Ucap Kak Lala dengan nada tinggi,

Ketiga anak hanya diam, mereka saling memandang satu sama lain. Bahkan murid-murid lain juga ingin tahu apa yang terjadi. 

~~~~

Fera dan Kak Lala keluar dari kantor sekolah, 

"Sebentar lagi kamu lulus, jadi bertahan sebentar ya," pesan kak Lala pada Fera.

"Jangan pernah mau diperintah oleh orang-orang sombong dan licik seperti orang-orang di kelasmu. Walau cuma disuruh untuk hal yang kecil, jangan pernah patuh sama mereka. Kalau kamu tidak suka mereka, kamu bisa menghindar." Lanjutnya

"Tapi kak, Fera mau di masa ini Fera punya banyak teman."

"Untuk apa teman yang tidak tulus? Teman tidak akan menyakiti, mereka cuma orang-orang yang lewat dalam masa ini. Tidak pantas di sebut teman."

Fera hanya mengangguk, lalu Kak Lala pergi untuk pulang ke rumah. Sementara Fera, dia berjalan ke kelas, berpikir apa yang akan terjadi. Dia pasti akan lebih dihina lagi oleh orang-orang di kelas itu. Akan dianggap pengadu, cengeng, dan anak manja. 

Langkah demi langkah hingga dia melihat pintu kelas persis di depannya. Fera masuk, melihat anak-anak lain seperti membicarakan sesuatu. Fera berusaha cuek, dia duduk saja di bangkunya. Teman sebangkunya pun akhirnya pindah duduk dengan anak lain. Fera diam saja, "tidak apa-apa" ucapnya dalam hati.

Jam pelajaran pun dimulai kembali, Fera berusaha fokus dan tidak sedih. Tapi dia terus melihat jam agar cepat pulang. Dia tidak tahan di kelas ini, suasananya penuh dengan keburukan.

Akhirnya jam pulang tiba, dia buru-buru keluar. Setelah itu dia mendengar sorakan dari dalam kelas.

"Dasar pengadu, tidak tahu malu!"

"Huuuuuuuu,"

Fera tidak peduli, ini waktunya pulang sekolah, maka dia akan pulang. Dia berpikir dan merasakan dalam hati, teman tidak seperti itu. Tidak ada teman yang seperti itu.

"Mereka orang-orang berperilaku buruk dan mereka akan mendapat keburukan juga nantinya. Aku benci mereka,"

Tiga bulan berlalu, kelulusan pun tiba. Fera menjadi salah satu murid yang mendapat nilai teratas. Kabar baiknya, dia juga sudah diterima di sekolah tingkat lanjut di kota lain. Sekolah yang berada di kota kelahirannya. 

"Kita akan kembali ke sana. Kamu tidak akan 

bertemu dengan orang-orang seperti mereka lagi." Ucap Kak Lala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun