"Sibuk ngapain?" Tanya Sita pada Vivi.
"Eh, Vi aku gak jadi beli siomay. Beli bakso aja yuk, selain makan di sana." Tiba-tiba saja laki-laki yang membonceng Vivi tadi mengajak Vivi pergi ke tempat lain.
Vivi pun mengangguk dan pergi dengan laki-laki itu yang sepertinya juga pacar dia.
"Dih, langsung pergi. Gak ada senyum-senyumnya lagi." Gumam Sita dengan lirih. Tapi selirih apapun Sita bergumam, Bapak penjual siomay tetap mendengar dia.
"Dua orang tadi setiap hari suka sliwar-sliwer di daerah ini Neng. Kayaknya mereka memang pacaran."
"Oh gitu ya Pak. Ya udah ini uangnya."
Sita membayar siomay yang dia beli. Sita juga terkejut tiba-tiba Bapak penjual siomay berkata seperti itu. Informasi yang memang sebenarnya Sita ingin tahu.
Dia pulang berjalan ke rumah dengan membawa siomay. Sita menjadi tidak ingin makan siomay itu di jalan. Dia agak kesal melihat ekspresi Vivi yang tidak enak di pandang.
"Di kasih tahu baik-baik, malah kayak gitu. Dalam berteman memang gak boleh pilih-pilih. Tapi kalau gak pilih-pilih begini ya aku mulu yang repot. Jadi beban mulu tuh satu orang."Â
Sita juga mengingat chat yang dia kirim, entah personal atau di grup tidak pernah direspon dengan baik oleh temannya yang satu ini. Chat lama ataupun baru sama saja tanggapannya.
Kembali ke awal...