Menempuh setengah perjalanan, Karin sampai di rumahnya. Dia masuk ke dalam rumahnya yang sunyi, tapi dia melihat ada piring pecah.Â
Tak lama, bapaknya berjalan menuju Karin dari arah dapur.Â
"Mana uang?!" Tanya bapaknya dengan nada bicara yang tinggi
"Karin belum gajian Pak. Gaji bulan ini buat bayar keperluan sekolah adik-adik, bukan buat hal lain yang gak penting."
"Alah, masih punya uang sebenarnya! Tapi gak mau ngasih uang! Hari ini pulang juga telat, kluyuran ngabisin uang sendiri."
Karin diam tidak ingin menjawab kalimat bernada marah dari bapaknya. Dia langsung menuju kamarnya dan adik perempuannya.
Di sana dia melihat Ibu, adik perempuan, dan adik laki-lakinya yang sepertinya juga menghindar dari kemarahan bapak.Â
"Karin, akhirnya kamu pulang." Ucap Ibunya, lalu memegang tangan Karin
"Tadi bapak marah-marah lagi sampai mecahin piring." Tambah adik laki-laki Karin
Karin terkejut, dia terdiam sebentar, lalu bicara lagi, "Maafin Kak Karin pulang terlambat. Tadi motornya mogok lagi, tapi untung ada Om Radit yang bantuin benerin motornya. Jadi kakak gak perlu ke bengkel."Â
Perasaan yang Karin rasakan campur aduk. Dia lega bisa sampai rumah, tapi juga kesal melihat tingkah laku bapaknya. Karin juga khawatir dengan adik-adik dan ibunya.