Mohon tunggu...
Ega Edva
Ega Edva Mohon Tunggu... Guru - Blog Pribadi

Dengan belajar kau bisa mengajar, dengan mengajar kau bisa faham Special Education🌟

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat untuk Masyarakat: Adik Saya Meninggal Syahid Tenggelam Jangan Kaitkan dengan Tahayyul

5 Februari 2022   15:18 Diperbarui: 5 Februari 2022   15:36 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari itu, 30 Januari adalah hari terberat yang pernah saya dan keluarga alami. Kami kehilangan salah satu anggota keluarga kami secara mendadak tanpa aba-aba. 

Adik saya dikabarkan hilang sekitar pukul 15.30 WIB di sungai tepian jalan Desa Mojopilang, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. 

Saat itulah kami masih tidak yakin bahwa yang sedang dalam pencarian adalah adik saya. Namun, ketidakyakinan tersebut seketika sirna dan terjawab karena sepeda adik saya terparkir ala kadarnya di tempat kejadian tenggelam. 

Pencarian hanya membutuhkan 10 menit untuk kemudian adik saya ditemukan. Adik saya ditemukan dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri. Kami masih bersikeras untuk membawanya ke rumah sakit. Meski kami tahu pada akhirnya kabar yang didapatkan adalah kepergian adik saya untuk selamanya.

Ramai pihak media, Kepolisian, dan TNI berdatangan untuk menggali informasi penyebab kematian adik saya. Namun, tidak ada yang tahu pasti kronologi terjadinya peristiwa tersebut. 

Saksi kunci kejadian tersebut adalah teman adik saya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD. Berdasarkan informasi yang ada, adik saya diketahui bermain dengan dua temannya yang lain. 

Satu mengalami kejadian yang sama tenggelam seperti adik saya, namun masih sempat diselamatkan dan saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. 

Satu anak yang lain sehat dan tidak kurang suatu apapun, tetapi kami dari pihak keluarga juga tidak lagi ingin bertanya pada anak tersebut, karena kami tidak ingin ada perasaan kurang enak dengan tetangga dan kami juga sudah ikhlas.

Saya dan keluarga kini telah ikhlas dengan kepergian adik saya. 7 hari kami berjuang untuk mencoba baik-baik saja dan menenangkan hati bahwa saat ini adik telah bahagia di surga Allah SWT. 

Tapi mengapa masih ada sebagian masyarakat yang percaya bahwa adik saya adalah korban tumbal, anak wadal, atau meninggal dibawa kalap. 

Ya Allah astaghfirullah.. Ampuni kami, terangi hati kami, dan teguhkan kami di atas agamamu. Kami yakin bahwa semua ini adalah kehendak-Mu dan tidak ada kaitannya dengan hal-hal tahayyul dan ghaib. Agama kami adalah islam, dan kami percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. 

Kami percaya anak yang masih belum baligh belum memiliki dosa, dan ditambah meninggalnya adik adalah dikarenakan tenggelam. Seperti yang telah diriwayatkan dalam hadist riwayat musli yang menerangkan bahwa "Siapa yang mati karena tenggelam, maka dia mati dalam keadaan syahid. (HR Muslim 1915)". Kami yakin bahwa keluarga kami, adik saya terkasih, telah bahagia di sana, di sisi Allah, di tempat indah yang tidak ada di dunia.

Kami mohon,saya mewakili keluarga menyampaikan isi hati kami, bahwasanya tolong jangan pernah berkata di depan kami tentang kepercayaan yang kalian pegang. Saya menulis ini karena kasihan dengan ibu saya, betapa hancur hati ibu saya saat ada sebagian orang mengatakan bahwa adik saya meninggal karena wadal, sebagai tumbal, atau dibawa kalap. 

Kami disini sedang berkabung, kehilangan orang tersayang. Maka dari itu, tolong hargai perasaan kami, tolong mengerti sudut pandang kami. Kami tidak pernah peduli dengan kepercayaan yang kalian anut, dan tidak akan pernah bisa mengontrol narasi di masyarakat, namun setidaknya melalui tulisan ini, tidak ada lagi keluarga yang merasakan luka yang serupa. 

STOP MENGAITKAN KEPERGIAN ADIK SAYA DENGAN HAL-HAL TAHAYYUL YANG TIDAK MASUK AKAL. Adik kami telah bahagia, di surga Allah bersama para bidadari, dan kami akan bertemu dengannya lagi, atas izin Allah, Insyaalah. Hadiah kecil untuk adik saya Edo, Al-Fatihah.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun