Mohon tunggu...
Efron Dwi Poyo
Efron Dwi Poyo Mohon Tunggu... -

Fanatik FC Bayern München. Mia San Mia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Paska: Apakah Yesus Mati dan Bangkit?

25 Maret 2016   06:54 Diperbarui: 27 Maret 2016   11:26 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika sumber keempat Injil masih tetap diragukan, sumber-sumber di luar kekristenan membuktikan bahwa Yesus mati di kayu salib. Pertama, Flavius Josephus, ahli sejarah Yahudi yang hidup pada abad mula-mula, menulis seorang Yahudi yang bijaksana bernama Yesus melakukan banyak hal besar, tetapi kemudian dihukum mati di kayu salib oleh pemerintah (Romawi).

Kedua, sumber-sumber Rabinik Yahudi yang menolak kehadiran Yesus karena para pengikut Yesus melakukan provokasi-provokasi terhadap Yudaisme. Dalam Talmud Babilonia mereka membalas provokasi pengikut Yesus  dengan menulis bahwa menjelang Sabat Paska Yesus orang Nasaret mati digantung.

Ketiga, Mara bar Sarpion, filsuf stoik berkebangsaan Suriah, menulis surat kepada anaknya “apa untungnya orang Yahudi membunuh rajanya yang arif bijaksana?” Seperti diketahui kepala salib Yesus ditulis oleh otoritas Romawi di Yudea (yang sebenarnya bahan olok-olok) dengan INRI (Iēsus Nazarēnus Rēx Iūdaeōrum), Yesus (orang) Nasaret Raja (orang) Yahudi.

Keempat, Cornelius Tacitus, seorang senator dan sejarawan Romawi yang termasyur karena dua karya sejarahnya, Histories dan Annals, antara abad pertama dan kedua menulis “Kristus [Tacitus menggunakan nama Krsitus] telah dihukum mati (supplicio adfectus) dalam masa pemerintahan Tiberius [14-37] di tangan seorang prokurator kita, Pontius Pilatus [26-36], dan tahayul yang paling merusak itu untuk sementara dapat dikendalikan, tetapi kembali pecah bukan saja di Yudea, tetapi juga di Roma….” 

Masih ada banyak lagi sumber otentik di luar kekristenan yang menulis mengenai kematian Yesus. Para pakar Yesus-Sejarah tidak ada yang meragukan bahwa Yesus memang dihukum mati secara politik oleh otoritas Romawi di Tanah Yudea. Saya sengaja menggunakan pendapat pakar Yesus-Sejarah mengenai kematian Yesus, karena mereka sangat berobsesi menemukan tulang-belulang Yesus. Saya justru menggunakan kekritisan pemikiran mereka di luar keimanan mengaji (bukan mengkaji, karena huruf k harus luluh jika mendapat awalan me)  secara sains bahwa Yesus itu secara faktual-historis pernah hidup dan mati lewat kayu salib.

Namun demikian mengapa kalangan penganut ideologi tertentu dari abad mula-mula sampai sekarang meragukan kematian Yesus lewat kayu salib? Ideologi itu sejak dulu dipahami bahwa Yesus sebenarnya tidak mati tetapi yang mati adalah orang lain yang serupa dengan Yesus.

Secara historis ideologi mengenai Yesus tidak mati di kayu salib dibuat dan dikembangkan oleh sekte Gnostik pada abad pertama dan kedua. Dalam satu seksi dokumen Nag Hammadi menyatakan bahwa Rasul Petrus melihat ada dua sosok yang terlibat dalam penyaliban: sosok yang satu sedang dipaku oleh para algojo pada tangan dan kakinya, sedang yang satunya lagi berada di atas sebuah pohon, bergembira sambil menertawakan apa yang sedang berlangsung.

Dalam pada itu tradisi “kembaran” Yesus yang mengganti korban salib juga muncul di daerah Edessa, Suriah, yang jemaat Kristen di sana keliru menafsirkan Tomas sebagai “kembaran” (Didimus). Padahal Didimus itu adalah nama lain dari Rasul Tomas. Komunitas di Edessa ini kemudian banyak berkiprah di Tanah Arab.

Secara ringkas pandangan Gnostik terhadap Yesus yang sejati adalah Yesus rohani, Yesus surgawi, sehingga Yesus tidak bisa disalibkan. Akan tetapi karena penyaliban sudah terjadi dan itu faktual, maka sekte Gnostik harus menyimpulkan bahwa yang telah disalibkan itu pastilah orang lain. Orang yang wajahnya serupa dengan rupa atau wajah Yesus, bukan Yesus surgawi, bukan Yesus yang dijunjung mereka. Pandangan sekte Gnostik ini sebenarnya bukan mau menyatakan bahwa secara historis Yesus tidak mati disalibkan. Justru Yesus benar-benar mati disalibkan, kaum Gnostik  perlu mencari seorang “pemain pengganti” demi menyelamatkan keyakinan (tepatnya ideologi) mereka bahwa Yesus yang mereka sembah adalah Yesus surgawi, yang tidak bisa mati disalibkan. Sungguh mengenaskan jika dongeng yang dikembangkan oleh sekte Gnostik yang sejak awal ditolak oleh jemaat Kristen mula-mula, masih dijadikan ideologi sampai masa kini.

Para pakar Yesus-Sejarah (yang belum tentu beragama Kristen) berpendapat kematian Yesus merupakan fakta sejarah objektif. Bagi warga Kristiani kematian Yesus bukan sekadar fakta sejarah objektif, namun melampaui itu yang dihayati sebagai Allah yang berbelarasa. Penghayatan ini diragakan melalui Jumat Agung.

Kebangkitan Yesus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun