Pada awal 2015 saya mengunggah artikel pertama saya dengan judul “Mencari Pemimpin PSSI” di Kompasiana. Dalam artikel itu tidak ada cara lain untuk membenahi PSSI kecuali dengan membekukan PSSI. Ternyata benar! Sekitar dua pekan setelah tayangan artikel pertama saya itu PSSI dibekukan. Dengan dua skenario yang dipaparkan di atas saya meyakini skenario satu atau dua akan terjadi. Dua tiga tahun lagi EPL akan menghadapi kenyataan bahwa EPL dikurangi jatah tiketnya ke Liga Champions sehingga secara komersial kurang menjual. Dampak selanjutnya sponsor dan juragan yang berkepentingan dengan bisnisnya mengurangi gelontoran dana, bahkan hengkang dari EPL. Hanya dua tiga klub bertradisi kuat yang mampu bertahan.
Refleksi
Menurut pakar keuangan, Pribadi Agung Sujagad, di dalam EPL sudah bertaburan gelembung buih (bubbling) yang makin membesar yang tinggal menanti kepecahan gelembung buih itu. Kemeriahan EPL sebenarnya lebih pada parade artis asing yang bermain sepakbola, bukan parade atlet. Pada hakikatnya pembentukan sebuah liga untuk pengadaan tim nasional. Akan tetapi sponsor dan pemilik asing klub tidak peduli dengan pembinaan atlet lokal.
Data membuktikan prestasi Bundesliga sejalan dengan prestasi die Mannschaft. Demikian juga La Liga. Anomali terjadi pada EPL dan The Three Lions. Walau EPL berada di peringkat atas UEFA, nasib The Three Lions selalu tragis. Kita bisa menyaksikan pada perhelatan Piala Dunia 2014 Tim Tiga Singa ini tidak mampu lolos dari fase grup.
Fenomena Leicester City pada musim ini patut disyukuri. Lupakan sejenak klub-klub besar. Jika The Foxes menjuarai EPL, hal ini bukanlah kemenangan Leicester, melainkan kemenangan sepakbola. Leicester menebarkan pesan bahwa uang bukanlah segala-galanya dan uang tidak bisa membeli sepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H