Mohon tunggu...
Efron Dwi Poyo
Efron Dwi Poyo Mohon Tunggu... -

Fanatik FC Bayern München. Mia San Mia

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Saya Senang Guardiola Hengkang dari Bayern

9 Februari 2016   07:05 Diperbarui: 15 Januari 2017   23:14 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heynckes menanggung tugas berat yang tidak bisa dilakukan oleh van Gaal pada musim sebelumnya yaitu menghentikan pasukan muda Borussia Dortmund asuhan Jürgen Klopp. Heynckes melakukan penghampiran (approach) berbeda dari van Gaal dalam mendaratkan filsafat sepakbolanya. Heynckes dikenal sebagai pelatih sepakbola textbook yaitu bermain dan mencetak gol dengan perencanaan. Usia 67 adalah maslahat tersendiri bagi Heynckes sehingga ia berlaku sebagai ayah bagi pemain-pemainnya.

Franck Ribéry yang disingkirkan oleh van Gaal dibangkitkan lagi motivasinya. David Alaba gelandang serang muda asli binaan Bayern disulapnya menjadi bek kiri. Toni Kroos djadikan andalan sebagai pemain nomor 10. Kroos, yang pernah dipinjamkan ke Bayer Leverkusen, menjadi pemain reguler Heynckes ketika ia menangani Leverkusen (2009-11). Heynckes juga dengan tegas menolak pernyataan “Don’t change the winning team!” dengan argumen “It depends on our opponents.”. Walau tidak mengubah semua komposisi, Heynckes menggunakan rumus 6-5 dalam starting XI: enam pemain utama, lima pemain rotasi. Ramuan Heynckes ini nyaris menghasilkan prestasitreble pada 2012. Yang sangat menyakitkan ketika harus kalah 0-1 dari Chelsea pada final Liga Champions di kandang sendiri. Kekalahan menyakitkan ini meruntuhkan moral pemain-pemain Bayern yang menjadi tulang punggung die Mannschaft dan dinilai sebagai satu faktor penyumbang kegagalan die Mannschaft pada Euro 2012 yang diamini juga oleh Joachim Löw.

Musim 2012-13 dijadikan Heynckes sebagai penutup karier kepelatihannya. Heynckes makin memotivasi pemain-pemainnya. Ribéry dan Robben yang dikenal sebagai pemain selfish justru didorongnya untuk tetap selfish guna mencetak banyak gol, namun ia memberikan syarat ketat untuk cepat turun ke daerah pertahanan sendiri membantu Philipp Lahm dkk. Bukan itu saja, Mario Mandzukic,striker tajam Bayern, sering turun ke kotak penalti sendiri. Tidak jarang komentator televisi secara berkelakar menyebut Mandzukic sebagai bek yang tangguh. Bayern musim 2012-13 menjelma menjadi garang sekaligus solid rock dalam bertahan. Kado indah berupatreble (juara Bundesliga, juara DFB Pokal, dan juara Liga Champions) bagi Jupp Heynckes yang pensiun dari pelatih.

Pep Guardiola (2013-16)

Penunjukan Josep Guardiola Sala alias Pep Guardiola diumumkan enam bulan sebelum musim 2012-13 berakhir setelah Bayern menerima kepastian Heynckes akan pensiun. Harapan sangat tinggi dari para pendukung Bayern kepada Guardiola seolah-olah membawa beban tersendiri. Dalam pada itu banyak pengamat mengatakan bahwa Guardiola akan memindahkan tiki-taka Barcelona ke Bayern.

Pendapat pengamat tersebut mulai terbukti. Bayern, yang sebelumnya sangat garang, tampil membosankan. Bola yang sudah bergulir ke arah kotak penalti dikembalikan lagi ke belakang demi menjaga ball possession. Lahm yang terlahir sebagai full back dimutasi menjadi holding midfielder pada musim pertama Guardiola. Lahm memang melakoni peran barunya dengan gemilang, namun Rafinha yang menggantikan Lahm di bek kanan masih jauh di bawah kualitas Lahm. Guardiola mengantar Bayern menjuarai Bundesliga, namun ia belum bisa membawa Bayern ke final Liga Champions setelah dikalahkan oleh Real Madrid secara memalukan.

Musim kedua (2014-15) Guardiola justru membuang Toni Kroos yang baru saja meraih juara dunia bersama die Mannschaft dan menukarnya dengan Xabi Alonso yang sudah tua. Pada musim kedua terkuak bahwa Guardiola suka memaksakan kehendak memainkan pemain yang belum sepenuhnya fit. Hal ini menyeruak pada partai Liga Champions 16 April 2015 ketika Bayern dikalahkan 3-1 oleh Porto. Dikabarkan terjadi pertengkaran antara Guardiola dan dokter tim, Hans-Wilhelm Müller-Wohlfahrt. Dr. Müller-Wohlfahrt akhirnya memilih keluar setelah bekerjasama dengan Bayern selama 35 tahun. Dr. Müller-Wohlfahrt juga merangkap dokter tim die Mannschaft. Walau Guardiola dua kali membawa Bayern menjuarai Bundesliga, ia belum bisa membawa Bayern ke final Liga Champions setelah disingkirkan oleh Barcelona.

Musim ketiga di Bayern Guardiola menyingkirkan ikon Bayern sekaligus kapten die Mannschaft, Bastian Schweinsteiger. Namun demikian kehadiran Douglas Costa dan Kingsley Coman dinilai oleh pengamat bahwa Bayern mempunyai pasukan terbaik sepanjang masa. Sampai laga ke-20 Bayern masih memimpin tabel Bundesliga dengan selisih delapan poin dari saingan terdekatnya, Borussia Dortmund. Guardiola masih mempunyai kesempatan membuktikan bahwa ia pelatih berkelas dengan meraih treble seperti yang dilakukan oleh Jupp Heynckes.

Saya senang Guardiola hengkang dari Bayern bukan karena saya membencinya, tetapi lebih pada Bayern yang bukan lagi menjadi pemasok utama die Mannschaft. Bayern juga sudah berubah “genetik’-nya. Ketika Jerman menjuarai Piala Dunia 2014, die Mannschaft berintikan tujuh pemain Bayern (Neuer, Lahm, Schweinsteiger, Boateng, Kroos, Müller, dan Götze) dan bahkan delapan apabila Badstuber tidak cedera. Guardiola malah membuang bakat-bakat muda Bayern: Mitchel Weiser ke Hertha Berlin, Gianluca Gaudino ke St. Gallen, Swiss, Sinan Kurt ke Hertha Berlin, Pierre-Emile Højbjerg ke FC Schalke, dan Julian Green dipinjamkan ke Hamburger SV dan sekarang kembali ke Bayern namun tidak pernah diturunkan di tim senior.

Ketika seorang perampok bank ditanya mengapa ia merampok bank tentu saja jawabannya karena ada banyak uang di sana. Guardiola sepertinya mengingkari filsafatnya sendiri dengan memilih City. Manchester City adalah klub kecil yang tiba-tiba disokong oleh kekuatan finansial "hantu". City bukanlah klub bertradisi kuat seperti halnya United, Arsenal, Liverpool, atau bahkan Aston Villa. Guardiola bukanlah tipe pelatih pragmatis seperti José Mourinho sehingga menurut saya Guardiola telah melakukan kekeliruan besar memilih City. Ia tidak akan bisa membawa City ke jajaran “bangsawan” sepakbola Eropa, kecuali pemilik City bersabar dengan mengontrak Guardiola selama 20 tahun dan Guardiola mau menerimanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun