Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Masalah SEO di Google, Kata Kunci vs Search Intent

4 Mei 2022   19:34 Diperbarui: 6 Mei 2022   08:15 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Google. (Foto: Pixabay/Pexels)

Dalam penulisan SEO, orang sering mengutamakan kemunculan dan kepadatan kata kunci (keyword) dalam artikel. Padahal, ada faktor penting yang tidak boleh dilupakan: search intent.

Kita tahu bahwa konten merupakan bagian utama untuk menentukan keberlangsungan suatu website di mesin pencari Google. Konten tersebut beragam jenisnya, mulai dari artikel, video atau gambar.

Seiring waktu, tantangannya semakin berat untuk dapat mengisi halaman pertama Google untuk kata kunci bervolume jumbo.

Dalam dunia SEO, ada pembagian kerja dari on-page, off-page dan teknikal. Semua saling berhubungan dan punya peran tersendiri dalam menentukan ranking website di Google.

Di atas itu semua, artikel punya peran signifikan. Tanpa artikel, sulit bagi robot Google memahami website atau halaman Anda. Ujung-ujungnya bot akan malas merayap halaman. Halaman Anda pun sulit terindeks dan mendapat ranking di hasil pencarian.

Bicara soal artikel, seringkali orang-orang memusatkan perhatiannya pada keberadaan kata kunci. Memang, kehadiran kata kunci merupakan hal wajib dalam setiap artikel SEO. 

Namun, tidak jarang orang salah kaprah memahami cara kerja kata kunci ini. Meski sudah melakukan riset, menentukan kepadatan kata kunci, jangan lupa bahwa Anda harus memikirkan maksud pencarian dari kata kunci tersebut.

Search intent atau maksud pencarian merupakan fondasi utama ketika hendak menuliskan artikel. Ibarat koin, maksud pencarian dan kata kunci saling berhubungan. 

Secara umum, ada empat jenis maksud pencarian: 

  • Informasi: Jenis artikel untuk kebutuhan informasi pengguna
  • Navigasi: Pengguna ingin berkunjung ke situs resmi brand tertentu. Misalnya orang mengetik kata kunci Facebook karena ingin berkunjung ke situs Facebook.
  • Transaksi: Pengguna ingin melakukan transaksi pembelian. Contohnya, pengguna mengetikan "beli baju murah" karena ingin mencari lapak online yang menjual baju murah.
  • Investigasi e-commerce: Hasil pencarian berupa ulasan

Contoh kasus kata kunci vs maksud pencarian

Sebagai penulis SEO, saya sering berbeda pendapat soal penggunaan maksud pencarian ini. Sebagai contoh, seorang pemilik kedai kopi yang ingin menaikan peringkat website dagangannya di Google. Dia memberikan list beberapa kata kunci yang ingin ditarget.

Saya kemudian menelusuri satu per satu kata kunci tersebut dengan mengetik langsung di Google. Hasilnya, terdapat kata kunci yang ditarget tidak "nyambung". 

Dia ingin menargetkan kata kunci: kafe rooftop di Tangerang. Pemilik ini mengira orang-orang yang mengetik kata kunci tersebut adalah pelanggan potensialnya. Padahal, tidak demikian menurut Google. 

Hasil pencarian Google mengkategorikan kafe rooftop di Tangerang sebagai kata kunci dengan maksud pencarian investigasi komersial. 

Jadi, semua artikel yang tampil di halaman pertama memuat daftar rekomendasi kafe di Tangerang. Anda bisa melihat gambar di bawah ini.

Hasil pencarian Google untuk kata kunci cafe rooftop Tangerang.
Hasil pencarian Google untuk kata kunci cafe rooftop Tangerang.

Google menyediakan informasi tersebut supaya pengguna memiliki pilihan untuk menentukan kafe mana yang ingin mereka kunjungi. 

Ini akan sulit untuk website kafe, yang punya intensi navigasi atau transaksi, mengangkat brand atau berjualan langsung, muncul di halaman pertama.

Cara mengecek maksud pencarian itu mudah. Anda bisa mengetik langsung di Google dan melihat bagaimana tipe artikel yang tampil di halaman pertama. Cara lainnya, bisa menggunakan platform Semrush. 

Alternatif yang dapat diberikan kepada pemilik kafe adalah mengoptimasi Google Bisnis. 

Atau, dia dapat menghubungi pengelola atau pemilik website yang tampil di halaman pertama untuk bekerja sama memasukan nama kafenya dalam list rekomendasinya.

Pakai teknik grey hat pun rasanya percuma. 

Biarpun web Kompasiana sangat bagus di mata Google, artikel saya ini sulit, bahkan tidak akan muncul di halaman pertama Google, saat orang mengetikan kata kunci kafe rooftop di Tangerang, walaupun saya sudah memasukan banyak frasa tersebut di tulisan ini.

Andai pun teknik grey atau black hat berhasil, yakinlah, peringkat tersebut tidak akan bertahan lama. 

Malahan ia akan turun karena kerja algoritma Google atau digeser oleh halaman baru dari website lain menuliskan artikel sesuai dengan maksud pencarian Google.

Itu baru satu kasus. Kita bisa bayangkan ada ribuan kata kunci yang dapat dimaksimalkan untuk mengoptimasi halaman web.

Isu ini agaknya masih baru. Jika kita berkaca pada Semrush yang notabene sebagai perkakas analisa kata kunci, mereka ternyata baru menerapkan filter maksud pencarian di tampilan analisa beberapa bulan lalu. 

Karena itu, sebelum Anda tergoda dengan volume pencarian besar, coba pertimbangkan kembali maksud pencarian dari kata kunci tersebut.

Kemudian, bagi penulis yang halaman web-nya sulit masuk halaman pertama Google, nah, analisa bisa dimulai dengan mengecek apakah Anda membuat artikel yang berbeda dengan maksud pencarian Google.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun