Saya pun berpikir, kalau begini caranya, berarti ada yang salah dengan ritme menulis saya.Â
Saya lantas berpikir, ini bukan masalah kelelahan, tetapi niat. Hipotesis ini juga masih lemas. Saya selalu menaruh niat untuk menulis di Kompasiana. Laptop sudah ada, topik berserak di mana-mana, bahan tulisan melimpah untuk dimasukan.
Akhirnya, saya menemukan jawaban mengapa saya menjadi "masuk angin" menulis di Kompasiana. Saya selama ini terlalu terobsesi dalam dunia penulisan.Â
Awalnya hanya sebagai kegemaran, lantas menjadikan tulisan sebagai barang penghasilan. Dari penulis amatir, menjadi penulis profesional.Â
Kompasiana adalah wadah untuk berbagi ilmu dan pengetahuan. Toh, saya tidak akan dipecat sebagai penulis Kompasiana jika tidak menulis tiga bulan, misalnya.Â
Tentu, konsekuensinya saya bisa kehilangan benefit dari K-Rewards dan tulisan saya tidak bisa cetar-membahana di mesin pencarian Google.Â
Argumen saya tampak seperti pembelaan mengapa saya tidak menulis di Kompasiana. Jadi, masih mau lanjut "masuk angin" dalam menulis? Janganlah, ya.