Di sini, penting sekali bagi komunitas untuk membiasakan diri menerima kekalahan sekaligus menghormati pemenang.Â
Ingat apa yang membuat atlet-atlet terdahulu begitu disegani?Â
Mereka memiliki kemampuan untuk bersikap sportif dan berlatih tanpa batas untuk menghormati pemenang karena mereka tahu bahwa mereka ingin diperlakukan demikian.Â
Manfaat paripurna menjadi atlet eSport
ESport tidak saja tentang hiburan atau rekreasi di tengah perkembangan internet cepat. Kita juga perlu merasakannya sebagai sumber kesenangan dan bermanfaat bagi pemain.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa gim elektronik dapat mengurangi sedikit kecemasan sosial dan kesepian yang cukup umum terjadi dalam dunia internet cepat saat ini.
Pemain gim telah memperoleh manfaat psikologis. Belum lagi, keuntungan yang dapat mereka peroleh dari peningkatan keterampilan, kecakapan komunikasi, kerjasama, sampai pada pengambilan keputusan yang akan sangat berguna bagi kedewasaan dan karir di masa depan.
Kita juga berharap bahwa sikap-sikap demikian dapat tumbuh dari pemain binaan Akademi eSport LEAD.Â
Para atlet eSport binaan LEAD by IndiHome adalah Henry Nathaniel Reynard, Harry Nathanael Rainier, Muhammad Sholeh Salamudin Putra Pratama, Dewa Fabian, Michael Daniel Tabaraka, Tedy Prihanto, Steven Verdianta, Andrew Kusuma, Justin Welly Panvito, Farid Andika, M Bevi Arianda Anwar, Sultan Yudha Patra, Hizkia Noel Songgigilan dan Muhamad Tabina Widyatna.
Pada akhirnya, akademia LEAD by IndiHome ini membuahkan hasil manis. Dalam turnamen eSport tingkat Asia Tenggara, Wild Rift Champion SEA (WCS), perwakilan akademia LEAD by IndiHome berhasil masuk di enam besar di Indonesia.
Mereka mengemban tanggung jawab untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.Â
Prestasi dan peringkat adalah sebuah target dan keutamaan. Tetapi bagaimana atlet eSport mampu menunjukan sikap sportifitas adalah harga mahal yang dapat membuat mereka menjadi pemenang yang sesungguhnya di hadapan negara-negara lain.Â