Salah satunya adalah Akademi eSport LEAD by IndiHome yang merupakan penyedia internet andal. Ada 14 akademia yang menerima pembinaan dari mentor profesional, mencakup aspek fisik dan mental.Â
Lagipula, ada satu hal yang perlu mendapat perhatian serius, entah dari atlet maupun orang-orang di luar ekosistem eSport itu sendiri. Apa itu? Perilaku toxic.
Kita tanpa sadar berpotensi menjadi toxic
Praktik toxic tidak dapat terhindarkan. Dia seperti bagian dari keseharian manusia yang tersembunyi ketika menyaksikan streaming gim di platform seperti Twitch TV, YouTube, Facebook, dan lain-lain.
Kita bisa melihat beberapa pemain maupun penonton sesuka hati menyampaikan komentar dengan kasar, kotor dan terkadang sampai pada level melecehkan.Â
Sebagian orang mungkin dapat memaklumi bahwa ujaran toxic tersebut datang secara tidak sengaja alias spontan.Â
Ada pemakluman, tetapi di situ juga terjadi sebuah pembiaran. Sekarang, kita seolah terbiasa dengan hal semacam itu.
Semakin berjalannya waktu, kita tahu bahwa praktik toxic saat ini seperti mendarah daging. Sulit untuk dihilangkan? Tidak. Kita hanya butuh waktu untuk membenahinya.Â
Menghormati pemenang
Perlahan, kita memang perlu mengendalikan situasi. Jika awalnya kita memaklumi orang-orang toxic, maka sekarang, harus berani mengatakan tidak dan membatasi waktu bersama mereka, sebagaimana tertulis dalam artikel di gramedia.com.
Pemain gim elektronik itu sendiri punya peran utama. Ia adalah pusat perhatian dan perilakunya menjadi atensi sehingga dapat mempengaruhi penggemarnya. Â
Tapi, persaingan dan kompetisi tinggi bisa membuat keadaan menjadi tidak mengenakan. Ada yang menang, ada juga yang kalah saat main game.
Pemain bisa menciptakan situasi penuh teror, intimidasi, fitnah dan kontroversi lain sebagai bayaran atas kekalahan.