Paris Saint Germain (PSG) wanita mengalami kekalahan telak 6-1 atas Lyon pada laga lanjutan Liga Wanita Prancis D1 Arkema, dini hari tadi. Ada kekecewaan mendalam menanggapi pertandingan ini.
Apa yang terjadi di lapangan tidak sepenuhnya menampilkan permainan otentik. Les Parisiens bermain dalam tekanan psikologis setelah meruaknya skandal di tubuh tim.
Seperti diketahui, gelandang PSG Hamraoui mendapat serangan dari orang tidak dikenal pada pekan lalu. Kakinya dihantam batang besi hingga ia mengalamai cedera yang membuatnya absen. Dugaan berat mengarah pada Aminata Diallo, rekan satu tim sendiri.
Sejak peristiwa itu naik dalam pemberitaan, atmosfer berubah. Ini adalah skandal terburuk selagi investigasi masih berlanjut untuk mendalami penyebab sebenarnya.Â
Ada dugaan Hamraoui sengaja dicelakakan agar memberi tempat bermain kepada Diallo.
Diallo kemudian ditahan namun dibebaskan dalam 48 jam karena kurangnya bukti. Dugaan lain muncul lebih menyengat dari sekadar perebutan posisi di lapangan. RMC Sport melaporkan adanya dugaan masalah pribadi Hamraoui. Ia ditengarai berselingkuh dengan suami orang lain.
Perkara terlempar seperi debu tertiup badai. Semua menjadi gelap dan tidak mengerti jalan untuk mencari tujuan.
Diallo kadung merasa kecewa atas tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya. Terlebih namanya terlebih dahulu muncul sebagai permulaan kasus yang langsung menimbulkan kemarahan publik.
Suasana ruang ganti pemain mengalami masa-masa kritis. Les Parisiens seperti tidak menemukan motivasi akibat peristiwa yang sulit untuk dipercaya. Pesta kemenangan di UCL atas Real Madrid sudah tidak mungkin membangkitkan gairah.
Manajemen PSG sendiri telah mengajukan penundaan pertandingan kepada Federasi Sepak bola Prancis (FFF) yang menangani langsung D1 Arkema, Liga Prancis Wanita.
Tetapi, keputusan FFF membuat banyak orang terhentak. Pertandingan tetap dilanjutkan.
"Sangat luar biasa bahwa pihak berwenang tidak mendengarkan dan tidak melihat ada tim dalam kesulitan," kata Didier Olle-Nicolle, pelatih PSG wanita usai laga Lyon v PSG dikutip dari L'Equipe.
Tragedi belum berakhir, berlanjut pada sebuah petaka baru yang mencakup nama baik sepak bola. FFF memperlihatkan "kebodohan" lembaganya dengan memaksa pertandingan terus berlanjut.
Sepak bola menjunjung sportifitas dan roh itu telang hilang dari negara yang mempelopori berdirinya federasi sepak bola dunia itu.
Tidak ada kemenangan yang layak dibanggakan dari pertandingan Lyon v PSG. Kalaupun Paris mampu meraih kemenangan, mereka akan kembali pada rutinitas yang sama beratnya menanggung beban psikologis yang tidak tahu kapan akan lepas jauh.
"Ketika Anda bermain olahraga di level tinggi, di belakangnya ada etika," kata Olle-Nicolle.
Kompetisi Liga Prancis Wanita D1 Arkema hanya diikuti 12 tim. Bagi Olle-Nicolle, tidak ada halangan bila FFF melakukan penundaan. Jadwal antar klub masih longgar untuk memberikan penundaan sembari memastikan para pemain telah siap.
Atas kejadian ini, FFF tidak ubahnya seperti operator Liga Prancis LFP yang tidak mampu menangani kompetisi dengan hati nurani sehingga menyebabkan kemarahan lebih cepat menyebar di kalangan suporter.
Sepak bola Prancis perlahan membiarkan tragedi leluasa menyergap dan semua dimulai dari kemiskinan Federasi mendahului hati nurani. Krisis ini telah menampar keanggunan Prancis yang telah lama menampilkan filsuf besar dunia seperti Simone de Beauvoir, Albert Camus, Julia Kristeva, Jean Paul Sartre. Mereka sebenarnya menyediakan jawaban memadai untuk memahami masalah kemanusiaan di balik skandal ini. Berharap itu terjadi walau saat ini mereka lebih menikmati hidup dalam tragedi sementara waktu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H