Siapakah negara paling "dramatis" di gelaran Euro 2020? Sebagian orang berpikir Spanyol karena tidak memasukkan punggawa Real Madrid dalam skuad utama. Perseteruan Mbappe dan Giroud di ruang ganti Prancis. Atau Jerman yang baru-baru ini dihebohkan karena penggunaan warna pelangi dalam atribut mereka.
Ada banyak preferensi untuk menyebutkannya seiring gelaran Euro 2020 berlangsung selama masa pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Tapi, untuk tahun ini, layaklah negara paling ber-drama di Euro 2020 dinobatkan kepada Inggris. Negeri Ratu Elizabeth ini selalu menarik perbincangan khalayak.
Dalam tiap turnamen, apakah itu Piala Dunia atau Piala Eropa, Inggris akan berada dalam daftar unggulan negara peserta. Mereka memiliki liga, klub dan pemain terbaik di dunia.
Tidak saja tentang permainan di lapangan, Inggris juga berkontribusi memeriahkan turnamen sepak bola lewat pemberitaan yang diterbitkan media massa negara itu.
Karena itu, turnamen kurang sedap rasanya tanpa partisipasi Inggris sebagaimana terjadi pada Euro 2008 di mana negara ini tidak ikut di dalamnya.
Inggris akan selalu difavoritkan. Tiada pendukung yang paling emosional selain Inggris yang terus dilanda kerinduan: meraih trofi. Sudah lama Inggris belum merasakan bobot trofi Piala Dunia dan Piala Eropa. Sementara pesaing mereka sudah mencicipi salah satu di antaranya selama dua dekade terakhir. Ini memang situasi anomali.
Southgate mengalah dan turunkan Sancho
Anomali Inggris di tiap gelaran memberikan tanda tanya besar sehingga memberikan jejak bagaimana turnamen besar memberi akhir tragedi terhadap Inggris.
Drama Inggris kali ini kembali dipertontonkan oleh sang pelatih Gareth Southgate. Ia menjadi sasaran kritik penggemar lantaran pilihan komposisi pemain dirasa kurang pas.
Southgate enggan menurunkan Jadon Sancho selama dua pertandingan. Hasil imbang tanpa gol melawan Skotlandia menjadi puncak kekecewaan.
Pada akhirnya, Southgate memenuhi keinginan suporter. Ia menurunkan Sancho pada menit ke-80 saat Inggris melawan Ceko dini hari tadi.
Suporter terpuaskan, terlebih Inggris memenangkan laga dengan skor tipis 1-0 untuk memastikan satu tempat di fase 16 besar.
Sancho mendapat perhatian besar suporter
Gol penentu kemenangan Inggris atas Ceko dilesakkan oleh Raheem Sterling. Tapi, mohon maaf, Sterling. Suporter lebih memfavoritkan Jadon Sancho untuk diperbincangkan.
Sangking sayangnya ke Sancho, pendukung berpikir positif bahwa Southgate mencadangkan Sancho karena ia dipersiapkan untuk menghadapi fase gugur nanti.
"Sancho mulai diturunkan untuk persiapan 16 besar nunggu runner up group F, kemungkinan antara Jerman atau Portugal," tulis pengguna Twitter.
"Berusaha positif thingking ama Southgate, mungkin Sancho bakal dimaenin dibabak 16 besar nanti wkwk," tulis pengguna lainnya.
Beruntunglah Inggris lolos sehingga alasan yang disebutkan di atas menjadi terdengar masuk akal. Selamat kepada Southgate, setidaknya dia aman dari serangan kritik andai Inggris gagal melaju ke fase berikutnya. Semua ini karena satu nama: Jadon Sancho.
Saka datang dengan kejutan
Suporter mendukung Sancho karena ingin yang terbaik untuk Inggris. Southgate sebagai pelatih tentu juga ingin yang terbaik bagi Inggris. Dalam keadaan saat ini, beban lebih berat diemban Southgate untuk menjawab ekspetasi besar penggemar.
Suporter dan pengamat memiliki andil untuk mempengaruhi semangat pemain di lapangan. Mereka seolah tidak ingin kegagalan di masa lalu terulang tahun ini.
Ketika mimpi baik itu menempuh jalan berbeda, maka di situlah perselisihan akan membawa Inggris pada suatu klimaks, ditambah lagi kehadiran faktor X yang mampu mengubah pertandingan sepak bola menjadi tidak terduga.
Itulah yang dialami gelandang Arsenal Bukayo Saka. Namanya selama ini mengendap dari pusat perbincangan, tidak terendus, dan jarang diucapkan, tetapi akhirnya ia keluar sebagai star of the match Ceko vs Inggris.
Bisakah Southgate memberi akhir bahagia kepada Inggris?
Melihat penampilan Saka tadi, ia berpeluang untuk diturunkan sebagai pemain utama sehingga membuat Sancho semakin mendapat persaingan ketat untuk mengisi starting line-up.
"Masuknya Saka ketimbang pemain Borussia Dortmund Jadon Sancho adalah sesuatu yang mengejutkan, tetapi pemain sayap Arsenal itu meyakinkan pemilihannya, menyuntikkan tujuannya secara tepat dan permainan menyerang positif yang kurang terlihat selama empat hari sebelumnya" tulis wartawan senior ESPN James Olley.
Saka menjadi penengah dari keriuhan akan ekspetasi terhadap Sancho sekaligus mampu membuat patah hati penggemar yang sedari awal menaruh harapan kepada Sancho.Â
Drama akan berlanjut. Inggris baru menempuh setengah perjalanan.Â
Sejauh ini, penampilan mereka layak dikritisi karena hanya mampu mencetak 2 gol dari 3 pertandingan penyisihan grup.
Saka, sekali lagi, berperan besar mengubah jalan cerita lewat intervensinya dini hari tadi untuk mengajak penonton bisa duduk tenang dan tetap mempercayakan Southgate membuat alurnya sendiri terhadap perjalanan timnas Inggris di Euro 2020.Â
Penonton yang sudah membeli tiket teater hanya berharap menerima suguhan menjanjikan dengan akhir cerita bahagia: Inggris juara. Apakah ini nyata?
Efrem Siregar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H