Jika di Google pengguna bisa mengetikan kalimat panjang, cara seperti ini tidak berlaku di Twitter. Untuk mendapatkan cuitan berbobot, pengguna perlu menambahkan kata thread atau utas setelah kata kunci.
Apa itu utas? Sederhananya, utas adalah rangkaian cuitan panjang untuk menjelaskan suatu peristiwa atau fenomena yang disusun dengan dukungan sumber digital atau pengalaman pribadi pengguna. Kata utas ini dapat ditukar dengan kata thread.
Sebagai contoh, jika pengguna ingin mengetahui tips seputar dunia kepenulisan, masukkan frasa "menulis utas" atau "menulis thread" dalam kolom pencarian.
Setelah itu, sejumlah utas seputar kepenulisan akan dimunculkan, seperti tips menulis laporan, tips menulis skripsi dan sebagainya. Pengguna serasa menemukan perpustakaan digital, tinggal mencari mana utas yang ingin dibaca.
3. Ikuti akun tokoh dan akademisi yang aktif mencuit
Cukup banyak media sosial didesain secara khusus sebagai wadah berbagi informasi bermanfaat. Misalnya, Quora atau LinkedIn yang kebanyakan berisi kalangan profesional.
Fungsi serupa dapat ditemukan di Twitter. Sejumlah akademisi, ilmuwan dan tokoh publik memiliki akun Twitter. Misalnya, Yanuar Nugroho (@yanuarnugroho), mantan Deputi II Kantor Staf Kepresidenan yang memberikan cuitan seputar kebijakan publik.
Lalu untuk menambah pengetahuan dan perkembangan pandemi Covid-19, bolehlah mengikuti akun Epidemiolog Pandu Riono (@drpriono1) yang rajin mencuit perkembangan pandemi Covid-19 dan vaksinasi Covid-19.
Ada juga Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) yang selalu memberikan utas mengenai pencegahan penularan virus corona, pelaksanaan vaksin Covid-19 dan sebagainya.
Tantangannya, tidak semua tokoh dan akademisi memiliki akun Twitter dan aktif membagikan cuitan. Selain itu, pengguna perlu cermat untuk mengidentifikasi keaslian akun seseorang. Umumnya, akun yang terverifikasi memiliki centang biru di sebelah nama profil.
Jika tanda centang tidak ada, pengguna bisa memeriksa keaslian akun dengan memeriksa isi cuitan, membaca komentar cuitan akun tersebut karena biasanya warganet memberitahu keaslian atau palsu suatu akun lewat kolom komentar.
Alternatifnya, pengguna bisa mencari akun Twitter si akademisi melalui berita di media massa. Dalam tiap acara, biasanya stasiun TV atau media online akan menuliskan akun media sosial narasumber.