Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenal Leonardo, Sosok "Tukang Pecat" di PSG

4 Juni 2021   23:59 Diperbarui: 5 Juni 2021   23:45 8835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eks pelatih Inter Milan, Leonardo Araujo.(AFP PHOTO / FABRICE COFFRINI via KOMPAS.com)

Leonardo Nascimento de Araujo, direktur olahraga Paris Saint-Germain. Tidak ada yang ragu kemampuan dia membidik pemain bintang. 

Dia adalah orang yang berperan besar atas transfer dan perpanjangan kontrak pemain di Paris Saint-Germain. Salah satu keberhasilan dirinya baru-baru ini adalah perpanjangan kontrak Neymar. 

Ia mampu meyakinkan sang bintang bertahan di Paris di tengah kencangnya isu rencana Neymar pulang ke Barcelona setelah kegagalan PSG di Liga Champions 2020.

Bagaimana sosok Leonardo?

Namanya tidak asing di sepak bola. Beberapa orang mungkin lebih mengenal dia sejak melatih AC Milan.

Karir Leonardo dimulai sebagai pemain sepak bola. Lahir di Rio de Janeiro, Brasil, Leonardo banyak makan garam di sepak bola Amerika dan Eropa. 

Ia adalah superstar AC Milan dan menutup karirnya sebagai pemain di sana pada 2003. Leonardo pernah membela Paris Saint-Germain dari 1996-1997.

Selepas menjadi pemain, Leonardo melanjutkan petualangannya sebagai analis sepak bola di beberapa stasiun TV dan melakoni profesi pencari bakat. Dia berkontribusi pada transfer Kaka, Thiago Silva dan Alexandre Pato ke AC Milan.

Boleh dikatakan, karir pria berusia 52 tahun ini lebih mentereng setelah pensiun sebagai pemain sepak bola. Ia menjadi allenatore AC Milan pada 2009 menggantikan Carlo Ancelotti yang pindah ke Chelsea. 

AC Milan adalah klub pertama yang dilatihnya secara profesional. Leonardo hendak mengikuti jejak Pep Guardiola di Barcelona, bekas pemain yang sukses berkarir sebagai pelatih.

Uniknya, Leonardo kala itu tidak memiliki UEFA Pro licence padahal itu syarat wajib pelatih Serie-A. Namun, karena ia pernah membela timnas Brazil yang juara Piala Dunia, aturan itu menjadi perkecualian. 

Bersama AC Milan, Leonardo terbilang cukup sukses menukangi klub. Ia membawa Milan di peringkat 3 klasemen akhir Serie A dan lolos penyisihan grup Liga Champions. 

Sayangnya, tidak ada trofi. Di Liga Champions, langkah Milan terhenti di babak 16 besar dengan kekalahan telak skor agregat 2-7 dari Manchester United.

Setahun di AC Milan, Leonardo pindah ke klub rival Inter Milan. Kepindahannya ditengarai akibat perselisihan dirinya dan pemilik klub Silvio Berlusconi. 

Di Inter, Leonardo mempersembahkan trofi Coppa Italia kepada klub, namun hal itu belum memuaskan Inter sebagai juara bertahan Serie A. Ia akhirnya didepak dari kursi kepelatihan.

Menjadi pelatih mungkin bukan karir terbaik Leonardo. Ia lebih handal dalam membidik bakat-bakat pemain dan menegosiasikan kepindahan pemain. 

Keterampilan merekrut pemain ini boleh dikatakan sama hebatnya dengan kecerdasan pelatih meramu strategi permainan. Tanpa pemain hebat, sulit bagi pelatih memenuhi target klub.

Lepas dari Inter Milan, pada 2011, Leonardo menemukan pekerjaan baru sebagai direktur sepak bola PSG. Ia adalah orang di balik transfer pemain bintang Serie A seperti Javier Pastore dan Thiago Motta dan pelatih Carlo Ancelotti di PSG. 

Posisinya sebagai direktur PSG berakhir pada 2013. Setelah itu, Leonardo lebih banyak berkarir sebagai analis sepak bola, lalu kembali sebagai pelatih klub Turki Antalyaspor pada 2017.

Leonardo hanya sementara bermukim di Turki. Ia kembali ke Italia untuk mengisi posisi direktur teknik di AC Milan pada 2018, kemudian balik ke PSG sebagai direktur olahraga pada 2019.

Leonardo adalah orang yang idealis. Hal itulah yang membuat ia sangat bersemangat menekuni profesinya sekarang untuk mengisi skuad dengan pemain bintang.

Sebagaimana orang idealis, sifat keras kepala sudah menjadi watak dirinya. Dia tidak hanya berselisih dengan Berlusconi, tetapi juga dengan pemilik baru AC Milan, Elliot, tentang rencana masa depan klub. 

Kutipan wawancara Leonardo, Direktur Olahraga PSG (Marca/design Canva)
Kutipan wawancara Leonardo, Direktur Olahraga PSG (Marca/design Canva)

Thomas Tucchel pun geram

Wataknya yang keras kepala itu menular di PSG. Pemecatan Thomas Tuchel dari kursi pelatih pada tahun lalu muncul setelah perselisihan keduanya mengemuka di media.

"Tuchel harus memahami betapa rumitnya situasi. Klub telah melihat penurunan lebih dari 100 juta euro dalam pendapatan dan juga harus mematuhi aturan Financial Fair Play."

"Klub dan saya benar-benar tidak senang dengan komentarnya tentang kurangnya pemain. Jika seseorang tidak bahagia, dia harus pergi," kata Leonardo pada Oktober 2020, dikutip dari Marca. 

Tanggapan itu keluar setelah Tuchel memberikan komentar di media massa tentang lemahnya skuad PSG setelah kekalahan di final Liga Champions. 

Tuchel sangat menyayangkan kepergian Edinson Cavani dan Thiago Silva padahal mereka telah berkontribusi banyak terhadap klub.

"Saya tidak tahu apakah saya pelatih, menteri olahraga, politisi olahraga," kata Tuchel usai pemecatan dirinya. 

Ia menilai, melatih PSG menjadi rumit karena nuansa "politis" sangat kentara di sana.  Tampaknya, kekecewaan Tuchel mengarah pada perselisihan di antara mereka. 

Ketika Tuchel sukses mengantar Chelsea sebagai juara Liga Champions 2020-2021, Leonardo tidak menaruh perhatian atas pencapaian tersebut, meski dalam wawancara dengan media ia mengaku senang.

"PSG membuat pilihan bagus [untuk melepaskannya]. Ini adalah masa lalu di klub. Thiago Silva juga, senang melihatnya, walau dia cedera," kata Leonardo.

Saat ini, fokus Leonardo terpusat pada upaya perpanjangan kontrak Kylian Mbappe yang terus dibayangi Real Madrid. 

Meski Leonardo sudah mengultimatum Mbappe untuk memberikan jawaban pada Maret lalu, namun tanda tangan perpanjangan kontrak tidak juga ditorehkan Mbappe. 

Leonardo memang keras kepala, tetapi itulah sikap yang dibangunnyuntuk menegaskan rencana klub tidak dapat ditawar-tawar sekaligus menegaskan posisinya sebagai orang kepercayaan CEO PSG Nasser Al Khelaifi. 

Lagipula, tuntutan profesi membuat dia harus menjelaskan keadaan secara hitam-putih: ada yang datang, ada yang pergi, direkrut atau merekrut, dipecat atau memecat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun