Elon Musk, CEO Tesla, mengumumkan Tesla tidak menerima pembayaran pembelian mobil menggunakan bitcoin. Hal ini diutarakannya melalui cuitan di Twitter pada 13 Mei 2021.
Alasannya menyangkut lingkungan hidup. Pihak Tesla memberi perhatian terhadap kenaikan konsumsi bahan bakar fosil di transaksi dan pertambangan bitcoin.
Cuitan Elon tersebut sontak memantik perbincangan kepada pelaku ekonomi digital dan pemerhati lingkungan dan perubahan iklim. Sampai saat ini, cuitannya telah diretweet sebanyak 120 ribu kali.
Apa benar bitcoin memberi pengaruh buruk terhadap lingkungan? Untuk mendapat jawaban memadai dan akurat, penjelasan diambil dari penelitian lembaga relevan.
Konsumsi listrik bitcoin setara konsumsi listrik satu negara
Elon Musk menguatkan argumennya dengan melampirkan data konsumsi listrik bitcoin yang dihimpun Universitas Cambridge. Terlihat, ada tren kenaikan konsumsi listrik dari tahun 2016-2021.
Sekarang, data terbaru Universitas Cambridge per 17 Mei 2021 menyebutkan konsumsi listrik bitcoin diestimasikan sebesar 125,32 TWh.
Dengan begitu, konsumsi listrik bitcoin setara dengan konsumsi listrik satu negara seperti Argentina (121 TWh), Belanda (108,8 TWh) dan Uni Emirat Arab (113,20 TWh).
Makin banyak transaksi, makin tinggi konsumsi listrik
Mungkin, masalah pertambangan bitcoin tidak ramah lingkungan sedikit membingunkan bagi beberapa orang. Bagaimana mungkin Bitcoin dituduh merusak lingkungan?
Pertambangan Bitcoin berbeda dari pertambangan yang biasa dikenal. Jangan membayangkan penambang menggali tanah dengan pacul untuk menemukan bitcoin layaknya mencari emas atau logam lainnya.
Bitcoin beroperasi di dunia digital. ABC Australia melaporkan, setiap ada transaksi, informasi dicatat di blockchain sebagai bukti uang telah berpindah tangan.